teknologi

SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA

Minggu, 19 Mei 2013

makalah



SYAIR DALAM PERSFEKTIF ISLAM
(Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadits 1 dan Pembelajarannya)
Yang Dibina Oleh:
Dosen: Drs.Maslani,M.Ag
          Wahyu Hidayat,M.Ag

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM/II/A
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

 










Disusun Oleh:
      Ai Anita                (1122020176)
     Antriyani               (1122020180)
     Anwar Rosadi        (1122020181)



UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2013M/1434 H
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Telah terjadi kesepakatan dikalangan kaum muslimin bahwasannya hadits Nabi Muhammad SAW merupakan landasan syariat yang kedua setelah Al-quran, dimana hadits–hadits rasulullah SAW merupakan penjelas atas ayat-ayat Allah yang besifat mujmal (umum).
Hadits-hadits Rasulullah merupakan bentuk perkataan, perbuatan dan ketetapan Nabi Muhammad SAW yang menggambarkan tentang akidah, syariat muamalah dan akhlak, dimana hal-hal tersebut tidak dapat di pisahkan dari Al-quran baik Al-quran maupun hadits keduanya diungkapkan dalam bentuk perkataan atau lafadz-lafadz yang tersusun dari gabungan yang mengandung makna luas dan bersikap interfretatif yang membutuhkan pemahaman baik secara komprehensif atau parsial.
Para ulama telah banyak menghabiskan umur mereka dalam melakukan penelitian terhadap hadits-hadits rasul SAW baik secara bahasa maupun makna, maupun budaya syariat yang terdapat didalamnya, hal ini perlu dilakukan melihat banyak hadits-hadits Rasulullah SAW yang hingga saat ini dapat dijangkau makna dan kandungannya, diantara hadits-hadits Rasul tersebut adalah hadits-hadits Rasul yang berhubungan dengan syair, meskipun secara harfiyah atau pun lafdziah hadits-hadits yang berhubungan dengan hal ini sangat banyak dan bertebaran diberbagai kitab-kitab hadits baik dalam kitab-kitab shahih, sunan, masahid, dan bahkan majami.
Manusia telah memiliki fitrah yaitu fitrah akan kecintaan pada seni.salah satu seni yang paling diminati oleh manusia adalah seni musik.
Masyarakat Indonesia juga telah memiliki kebiasaan dalam mengembangkan syair. Syair juga dapat dianalogikan dengan seni musik, karena antara keduanya memiliki persamaan yaitu sebagai sumber hiburan bagi masyarakat. seni music di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat signifikan, mulai dari nasyid, dangdut, pop dan lain-lain.
Terdapat berbagai pendapat yang berkaitan dengan syair, dimana hadits-hadits menjelaskan tentang kedudukan syair dalam Islam nampaknya bertentangan pada sisi lain terdapat pula yang mengharamkan (melarang), kontroversi yang terdapat dalam hadits-hadits tersebut menimbulkan pertanyaan tentang kebolehan dan ketidakbolehan membuat (menyusun) dan melantunkan syair.
Berdasarakan fakta-fakta dan kontroversi para ulama tentang syair di atas, maka dalam makalah ini penulis akan membahas masalah tersebut dengan judul :  Syair dalam Persfektif Islam.

B.    Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,terdapat beberapa rumusan masalah yang harus dibahas dalam makalah ini. Adapun rumusan masalahnya yaitu sebagai berikut:
a.      Apa pengertian syair?
b.     Apa saja macam-macam syair ?
c.      Bagaimana pandangan Islam mengenai hukum syair ?
d.     Bagaimana riwayat hidup para tokoh penyai ?









BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Syair
       Secara etimologi (istilah),syair berasal dari bahasa arab yaitu dari kata ا اشعر) ( yang mengandung arti mengetahui atau merasakan.
 Secara terminologi, syair yaitu:
كلا م يقصد به الوزن والقا فية ويعبر عن الاخيلة البد يعة
Artinya: “ suatu kalimat yang sengaja di susun dengan menggunakan irama dan sejak yang  mengungkapkan tentang khayalan atau imajinasi yang indah.”[1]
Syair adalah cerita yang besajak (tiap-tiap sajak terdiri atas empat baris yang berakhiran bunyi yang sama. Adapun pelantun dan pengarang syair di sebut pujanggga.[2]
Syair adalah  salah satu jenis puisi lama,  yang berasal dari Persia (sekarang berasal dari iran) dan telah dibawa mereka ke nusantara bersama-sama dengan kedatangan islam. Syair dalam sesusastraan melayu merujuk pda pengertian puisi secara umum akan tetapi, dalam perkembangannya syair tersebut mengalami perubahan dan modifikasi sehingga syair di desain sesuai dengan keadaan dan situasi yang terjadi.[3]
Seni adalah kreasi insani yang mengandung dan mengungkapkan keindahan yang pada satu segi. (1)Mengespresikan ruh dan budaya (Af’idah: priksa, rasa, karsa, intuisi dan imajinasi) sang artisan, dan pada segi lainnya sekaligus (2) mereplesikan pandangan dunia dan hidup penciptanya. Seni Islami, yaitu kreasi sang artisan yang mengandung dan mengungkapkan keindahan, nilai-nilai aristik dan estetik yang pada satu segi (1) mengesoresikan ruh dan budaya, sang artisan , dan pada segi lainnya serta merta. (2) mereplesikan pandangan dunia dan pandangan hidup islami dalam ruang dan waktu.(ending syaipudin anshari hal 39)[4]
B.  Macam-macam Syair
Menurut isinya, syair dapat di klasifikasikan sebagai berikut :
1.     Syair Panji menceritakan tentang keaadaan yang terjadi dalam istana dan keadaan        orang-orang yang berasal dari isana.
2.     Syair romantis yaitu syair yang berisi tentang percintaan yang biasanya terdapat dalam cerita-cerita pelipur lara, hikayat dan cerita rakyat
3.     Syair agama yaitu syair yang menceritakan tentang ajaran agama syair ini merupakan syair terpenting karena dalam syair agama biasanya membahas tentang akidah dan tasawuf. Syair agama di bagi menjadi empat yairu:
a.    Syair sufi
b.    Syair tentang ajaran agama islam
c.    Syair tenang cerita dan riwayat nabi Muhammad saw
d.    Syair nasihat [5]
C.  Pandangan islam tentang syair
Pandangan islam tentang syair ada dua pendapat, yaitu syair yang diperkenankan dan syair yang tidak diperbolehkan.
1.   Syair yang diperbolehkan dalam islam.
حد يث ا بي هرير ة ر. ع. قا ل ا لنبي ص.م :اصد ق :كلمة قا لها ا لشا عر,كلمة لبىد:(الاكل شى ء ما خلا ا لله با طل) وكا دا مىة بن ا بى ا لصت ا ن يسلم.
( ا خر جه  ا لبخل ر ىفى : ˄˅ - كتا ب ا لا د ب : ٩٠
با ب ما يجو ز من اشعر و ا ار جز و ا احد ا ء و ما يكر ه منله)
Abu khurairoh berkata: bahwa nabi saw. Bersabda. ”setepat-tepat kalimat yang diucapkan oleh pujangga ialah kalimat Labied, “ingatlah segala sesuatu selain alloh adalah Batil( palsu)’ dan umayah bin abi Shall hampir masuk islam karena ia mengubah syair yang berisi tuntunan iman, tetapi ia sendiri tidak beriman.”
(dikeluarkan oleh Al-Bukhari, dalam kitab sastra,bab:’ sesuatu yang dibolehkan para penyair, dosa, marah yang dilarang dari syair.’)[6]
Penjelasan hadits.
Dari hadits di atas,terdapat penjelasan bahwa bangsa arab memiliki kebudayaan-kebudayaan yang tidak dapat dihilangkan sampai sekarang. Kita ketahui bahwa kebudayaan memiliki pengertian yaitu soal hubungan manusia dengan manusia dan alam.
Salah satu kebudayaan bangsa arab pada zaman jahiliyah yaitu mereka pandai membuat syair.pada zaman jahiliayah sering diadakan perlombaan dalam melantunkan dan membuat syair, syair-syair yang menjadi pemenang ditempelkan di pinggir-pinggir ka’bah.
Bangsa arab memiliki kelebihan dalam membuat syair dan oleh karenanya Allah SWT menurunkan wahyu kepada Nabi Muhammad SAW berupa Al-Quran.Al-Quran diwahyukan  kepada Nabi Muhammad yaitu bertujuan untuk menandingi kehebatan-kehebatan syair yang dibuat oleh masyarakat jahiliyah. Hal ini juga mengindikasikan bahwa yang menjadi sebab kenapa Al-Quran banyak menyinggung tentang Syair,bahkan di dalam Al-Quran sendiri terdapat surat yang dinamakan para penyair (Asy-Syu’ara).Al-Quran memiliki keindahan susunan bahasa yang begitu sangat indah,sehingga syair-syair yang dibuat oleh masyarakat arab dapat dikalahkan.dalam Al-Quran juga dijelaskan bahwa Allah SWT menantang kepada bangsa jin dan manusia untuk membuat suatu ayat yang seperti Al-Quran,dan ternyata tidak ada yang mampu menjawab tantangan tersebut.
Namun  bangsa arab tetap tidak mempercayai bahwa Al-Quran adalah wahyu Allah SWT,dan mereka tetap menganggap bahwa Al-Quran adalah syair-syair yang dibuat oleh Nabi Muhammad SAW.Namun pendapat-pendapat bangsa Arab tersebut di tentang atau dibantah oleh AL-Quran.Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS.Yaasin:69
$tBur çm»oYôJ¯=tæ t÷èÏe±9$# $tBur ÓÈöt7.^tƒ ÿ¼ã&s! 4 ÷bÎ) uqèd žwÎ) ֍ø.ÏŒ ×b#uäöè%ur ×ûüÎ7B ÇÏÒÈ
Artinya:
 Dan kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu      tidaklah layak baginya. Al Quran itu tidak lain hanyalah pelajaran dan Kitab yang memberi penerangan.
Dari ayat di atas dijelaskan bahwa selain membantah tentang pendapat masyarakat jahiliayah yang menyatakan bahwa Al-Quran adalah syair yang dibuat oleh Nabi Muhammad SAW,juga menjelsakan tentang bahwa Nabi Muhammad juga tidak suka disebut sebagai penyair.alasannya karena banyak para penyair yang membuat syair hanya mengedepankan asfek keindahan bahasa semata,dan tanpa menghiraukan masalah isi dari syair tersebut.Namun harus kita ketahui bahwa tidak semua syair yang dibuat oleh masyarakat jahiliyah itu dibenci oleh Nabi Muhammad SAW.Apabila syair-syair tersebut berisi tentang ajaran-ajaran ketauhidan dan ajaran Agama yang lain,maka diperbolehkan,seperti yang akan dijelasakan oleh hadits di bawah ini yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW,sangat mengagumi syair yang dibuat oleh Umayyah bin abi shalat.Adapun bunyi hadits yaitu sebagai berikut:

١٥٠٦عَنِ الشَّرِ يْدِ رَضِي.اللهُ عَنُهُ قَالَ : رَدِ فُتُ رَسُوْلُ اللهِ صّلى الله عَليْهِ وَسَلَمِ يَوْمًا , فَقَالَ : هَالْ مَعَكَ مِنْ شِعْرِ اُمَيّةَ بِنْ اَبِيْ الصَلَتِ شَيْءٌ؟ قُالْتُ : نَعَمْ ,قَالَ : هِيْهِ, فَاَ نْشَدَ تُهُ بَيْتًا, فَقَالَ :"هِيْهِ" ثُمَ اَنْشَدَ تُهُ بَيْتًا فَقَالَ: "هِيْهِ" حَتّى اَنْشَدَ تُهُ مِائَةَ بَيْتٍ
Diriwayatkan dari syarid r.a : pada suatu hari, aku pernah memboncengkan rasulullah saw, lalu beliau bersabda “apakah hafal sebagian syair umayyah bin abi shalat ?” aku menjawab “ya” sabda beliau” lantunkanlah”
Setelah aku melantunkan kepada beliau satu bait syair, beliau bersabda,”teruskanlah”lalu aku melantunkan satu bait syair lagi, kemudian beliau bersabda”teruskanlah”begitulah aku melantunkannya sampai 1000 bait syair.[7]

Adapun penyair lain yang sangat dikagumi oleh Nabi Muhammad SAW adalah penyair yang bernama Labid,sesuai dengan hadits di bawah ini:

١٥٠٧عَنْ اَبِىْ هُرَيْرَةِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ: "اَصَدَقَ كَلِمَةٍ قَالَهَا شَا عِرٌ كَلِمَةُ لَبِيْدٍ: اَلَا كُلُّ شَيْ مَا خَلَا اللهِ بَا صِلٌ
“ diriwanyatkan dari Abu khurairoh R.A Rasulluloh SAW bersabda, syair yang paling benar yang gubah oleh seorang penyair(Arab) adalah gubah labid yang berbunyi ketahuilah segala sesuatu selain Alloh, pasti akan binasa”[8]
Dari hadits di atas telah di tegaskan bahwa syair yang berisi tentang ajaran tauhid dan mengajak kepada amar ma’ruf nahi munkar, maka syair tersebut diperbolehkan.
2.     Syair yang tidak diperkenankan
حديثءبى حر ير ة ر.ع . قا ل :قا ل ر سو ل ا لله ص.م الاءن يمتلي ء جو ف ر جل قيحا ير يه خير من اءت يمتلي ء شعر ا (ا خر جه ا لبخا ر ي)
Artinya :
“Abu Hurairah berkata, Rasulallah SAW bersabda,”jika perut seseorang itu penuh dengan nanah yang merusak, nscaya lebih baik dari pada penuh dengan syair (sajak)”
Dari hadits di atas,kita dapat menyimpulkan bahwa syair yang tidak diperbolehkan oleh agama adalah syair-syair yang dibuat oleh orang-orang yang tidak beriman dan dikuasai oleh setan,yang merupakan kebalikan dari hadits yang dijelasakan di atas.sebagaimana firman Allah SWT dalam QS Asy-Syu’ara ayat 224-227)
âä!#tyè±9$#ur ãNßgãèÎ7®Ktƒ tb¼ãr$tóø9$# ÇËËÍÈ óOs9r& ts? öNßg¯Rr& Îû Èe@à2 7Š#ur tbqßJÎgtƒ ÇËËÎÈ öNåk¨Xr&ur šcqä9qà)tƒ $tB Ÿw šcqè=yèøÿtƒ ÇËËÏÈ žwÎ) tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# (#rãx.sŒur ©!$# #ZŽÏVx. (#rã|ÁtFR$#ur .`ÏB Ï÷èt/ $tB (#qßJÎ=àß 3 ÞOn=÷èuyur tûïÏ%©!$# (#þqßJn=sß £r& 5=n=s)ZãB tbqç7Î=s)Ztƒ ÇËËÐÈ
Artinya :
Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat.
 Tidakkah kamu melihat bahwasanya mereka mengembara di tiap- tiap lembah
 Dan bahwasanya mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan(nya)?
Kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut Allah dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman. dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali.
 yang dimaksud dengan ayat Ini ialah bahwa sebagian penyair-penyair itu suka mempermainkan kata-kata dan tidak mempunyai tujuan yang baik yang tertentu dan tidak punya pendirian.

D.    Tokoh-tokoh penyair Islam dan karyanya
1)     Iqbal
Iqbal lahir pada 1873 di Sialkot suatu kota bersejarah di perbatasan Punjab Barat dan Kashmir. Ia datang dari keluarga miskin tetapi dengan bantuan beasiswa yang diperokeh di sekolah menengah dan perguruan tinggi ia mendapatkan pendidikan yang bagus.
Setelah penidikan dasarnya di Sialkot ia masuk Government Collage (Sekolah Tinggi Pemerintah) Lahore, ia menjadi mahasiswa kesayangan Sir Thomas Arnold yang meninggalkan Aligrh dan pindah bekerja di Government Collage Lahore. Iqbal lulus tahun 1897 dan memperoleh beasiswa serta dua medali emas karena baiknya bahas Inggris dan Arab. Ia akhirnya memperoleh gelar M.A. dalam filsafat pada tahun 1899.
Setelah menyelesaikan pelajarannya, Iqbalmenjadi staf di perguruan tinggi pemerintah (government collage) tetapi karir sastranya telah membayangi semua aspek kerjanya terlebih dahulu. Pada waktu itu Iqbal menulis bukunya dalam bahasa urdu yang pertma kali mengenai ekonomi.namun sebelum itu ia mulai mengambil bagian pada symposium syair local,telah menarik perhatian para penyair senior [9]
Periode pertama karir syair Iqbal berakhir pada tahun 1905 sewaktu ia pergi meneruskan pelajaran di Eropa.ia menulis beberapa lirik yang indah dan bentuknya yang lama pada waktu ia belajar di Inggris dan Jerman, tetapi sikapnya pada banyak hal mengalami perubahan besar. Iqbal pergi ke Inggris sebagai seorang nasionalis dan panties, tetapi kembali ke India sebagai pan-Islamis dan hamper-hampir saja puritan (pemurni). Perubahan itu sebagian karena penelitian pada tasawuf islam. Ia menulis disertainya tentang Development of Metaphysics in Persia untuk gelar Ph.D.-nya, dan pada waktu belajarnya ia sampai pada kesimpulan bahwa tasawuf (atau apa yang dikatakan mistik islam) tidak mempunyai dasar yang kukuh dan historis dalam ajaran Islam yang murni. Ia menulis kepada kawannya Khawaja Hasan Nizami di Dheli dan minta kepadanya beberapa buktu yang meyakinkan bagi teori yang menyatakan bahwa tasawuf adalah bentuk esoteris Islam. Jawaban-jawaban yang tidak memuaskan Iqbal dan berangsur-angsur dia smapai kepada kesimpulan bahwa dalam Islam tasawuf merupakan pertumbuhan yang asing, bahkan tidak sehat[10]
2)     Omar Khayawan
Penyair filusuf adalah seorang yang berfikir Lucretius, Omar Khayyam, Dante, Goethe, dan beberapa dramawan Yunani. Orang-orang yang menganggap penyair yang lucu. Sebenarnya orang-orang inijuga sangat tekun . Mereka moralis, pemikir, penyair, nabinyang mereplesikan kesadaran  nasional rakyat mereka. Nabi adalah manusia yang membawa pesan dan jika nabi adalah seorang penyair maka dia seorang penyair filsuf.
Oman Khayyam dalam puisi empat barisnya yang elok memprsembahkan filsafat yang bersih tentang hidup dan kehidupannya.                                                                                                                                                           
Sebagian agak aneh bagi pikiran kita namun sebagian lagi begitu cocok dengan angan-angan hati kita.[11]
Dan didalam semesta ini, mengapa bukan mengetahui
Ke mana, seperti air beriak mengalir
Lalumunculangin jauh berhembus.
Ku tahu tak kan kemana,bertiup berhembus.

Tidak kah aneh? Beribu-ribu orang
Sebelum kita masuki pintu gelap gulita,
Tak seorang kembali tunjukan jalan
Menemukannya kita pun mestilalui,
Ah cinta!Dapatkah kamu,aku, bertemu takdir.
Mendapat ampun atas segala rencana nya
Takan kita hancurkan setitikpun lalu
Kembali ke hati?

3)      Jalaludin Rumi
Jalaluddin Rumi atau nama lengkapnya Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al Khattabi al-Bakri adalah sang pujangga dari tanah Persia. Selain penyair dia juga tokoh sufi yang berpengaruh di zamannya dia lahir pada 30 September 1207 Masehi di Balkh sebuah kota kecil di kota Khurasan, Afghanistan dan meninggal pada 17 Desember 1273 Masehi di Konya (Turki).
Bagi pembaca tanah air, buku kumpulan puisi Rumi yang sangat terkenal yakni Masnawi. Buku ini terdiri dari enam jilid dan berisi 20.700 bait syair. Dalam karyanya ini, terlihat ajaran-ajaran tasawuf yang mendalam, yang disampaikan dalam bentuk apologi, fabel, legenda, anekdot, dan lain-lain.
Puisi Jalaluddin Rumi memiliki kedalaman dan penghayatan yang sangat dalam; Aneka Puisi Syair karya Jalaluddin Rumi baik tentang “puisi puisi cinta”Dalam sebuah puisinya Rumi mengumpamakan perjalanan dari diri ke dalam diri sebagai perjalanan ‘sebutir pasir yang menyimpang dari jalan yang lazim dan memasuki tubuh tiram, dan setelah lama terkurung akan muncul sebagai mutiara’.Berikut adalah Aneka Puisi Syair Pilihan Karya Jalaluddin Rumi
PUASA MEMBAKAR HIJAB
Rasa manis yang tersembunyi,
Ditemukan di dalam perut yang kosong ini!
Ketika perut kecapi telah terisi,
ia tidak dapat berdendang,
Baik dengan nada rendah ataupun tinggi.
Jika otak dan perutmu terbakar karena puasa,
Api mereka akan terus mengeluarkan ratapan dari dalam dadamu.
Melalui api itu, setiap waktu kau akan membakar seratus hijab.
Dan kau akan mendaki seribu derajat di atas jalan serta dalam hasratmu[12]
4)      Ibn Arabi
As-Syekh al-Akbar (Guru Teragung), demikian Ibn Arabi sering disapa. Ada pula yang menyapanya Muhyiddin (Penghidup Agama), atau al Kabrit Al Ahmar (Belerang Merah). Sang pengusung ajaran wihdat al-wujud ini merupakan sosok yang kontroversial. Syair-syair mistisnya disenandungkan dengan bahasa erotis sehingga mengundang reaksi dari kalangan fuqaha.
Nama Muhyidin Ibn Arabi, mengingatkan pada tokoh sufi seperti Al-Hallaj (Baghdad), Syekh Siti Jenar, dan Hamzah Fansuri. Syair-syair maupun ungkapan-ungkapannya banyak mengandung kontroversi. Namun demikian, bila dicermati secara saksama, apa yang diucapkan atau tertulis dalam syairnya, menggambarkan kecintaan dan kedekatan sang tokoh dengan Tuhannya.
Ibn Arabi sudah menulis tiga kumpulan puisi dan ribuan syair yang tersebar di seluruh tulisan-tulisan prosanya. Sebagai seorang teoretisi imajinasi Muslim terbesar, ia mampu menggambarkan perasaan cinta, keagungan Tuhan, kesempurnaan Muhammad, dan keindahan alam dalam puisi imajinatif yang sempurna.      
Dalam karyanya berjudul Dakha'ir al-A'laq, Ibn Arabi mengatakan, ''Aku menyinggung tentang ilmu-ilmu makrifat yang mulia, cahaya ketuhanan, misteri spiritual, ilmu pengetahuan, intelektual, dan berbagai peringatan syariah. Akan tetapi, kuekspresikan semuanya itu dengan gaya bahasa cinta erotis dan gelora asmara, karena jiwa akan terpikat dengan ekspresi-ekspresi seperti itu.''          
Ibn Arabi sering kali menggunakan sebuah perumpamaan untuk menggambarkan realitas keagungan dan keindahan Tuhan. Terkadang, ia menggunakan tamsil bulan purnama (badr), dan tidak jarang pula menggambarkan-Nya dengan perempuan cantik.  
Syair mistiknya dalam Tarjaman al-Asywaq, melukiskan keindahan Tuhan. ''Seorang perempuan ramping, langsing, cantik nan segar, untuk siapa hati pencinta yang dirundung kerinduan. Racikan terjadi dengan harum wangi pada saat menyebutnya, dan setiap gerak lidah tidak lain kecuali namanya.''   
Syair tersebut seakan diucapkan oleh seorang pemuda yang sedang dimabuk cinta kepada seorang wanita cantik yang dicintainya. Kobaran cintanya menyala untuk selama-lamanya. Kapan pun lelaki itu menyebut nama yang dicintanya itu, keluar aroma harum wangi, karena kegandrungan itu sendiri adalah aroma.       
Karena tamsil yang terlalu menonjolkan keindahan-keindahan fisik itu, Syekh al-Akbar dituduh oleh para fuqaha (ahli ilmu fiqih) tengah mengumbar syair-syair erotis dengan menyamarkannya sebagai syair-syair mistis.           
Penilaian yang dilontarkan oleh para fuqaha tidak sepenuhnya salah. Di dalam Kitab Tarjuman, Sang Guru Teragung sendiri menceritakan pertemuannya dengan seorang gadis jelita yang mengilhaminya menulis syair-syair indah.        
Ia mengatakan, ''Yang kurasakan adalah seberkas cahaya yang menerpa bahuku, yang dipantulkan oleh tangan-tangan lembut. Aku berbalik dan kulihat seorang wanita, salah seorang putri Rum. Tak pernah kulihat wajah yang secerah dia, atau kata-kata yang begitu indah, cerdas, halus, dan suci.''         
Ibn Arabi kemudian menanyakan nama gadis itu. ''Kejernihan Mata,'' jawabnya. Ia lantas mengatakan, ''Setelah itu, aku mengucapkan salam kepadanya dan pergi.'' Untuk menyanjung kesempurnaan gadis itu, ia terkadang menyebutnya ''Pelipur Lara'' atau ''Sumber Matahari''.
Rasa takjub Si Belerang Merah terhadap sang gadis Persia tampaknya membekas di hatinya begitu dalam. Di pengantar Tarjuman ia mengatakan, ''Setiap kali aku menyebut sebuah nama, nama dialah yang kusebut. Setiap kali aku menyebut rumah, rumah dialah yang kusebut.''
Setelah mengakui kekagumannya terhadap sang gadis, ia segera mengingatkan para pembaca bahwa apa yang ditulisnya adalah ilham ilahi dan wahyu spiritual. Akan tetapi, peringatannya tampak sia-sia, karena kelompok fuqaha tidak mengendorkan tuduhan kepadanya sebagai pengumbar hawa nafsu. 
Ibn Arabi kemudian merasa perlu menulis sebuah ulasan atas Kitab Tarjuman yang diberi nama Dakha'ir al-A'laq. Di dalamnya dijelaskan dengan tegas dan lugas makna spiritual di balik ungkapan yang biasa ia gunakan dalam bahasa cinta.[13]
Keberanian Ibn Arabi tidak hanya dalam memilih kata-kata erotis untuk menyanjung Zat Yang Mahakuasa. Ketajaman spiritualitasnya mendorongnya untuk berani mengakui dirinya sebagai orang yang tidak terikat oleh suatu agama formal. Tak heran jika ia kemudian dituduh sesat dan menyesatkan, murtad, atau seorang Nasra      ni oleh kelompok yang tidak suka dengannya.
Dalam sebuah syair yang masyhur ia berkata, ''Hatiku telah berganti rupa jadi semua bentuk: padang rumput bagi rusa-rusa, biara bagi para rahib, kuil bagi arca-arca, Ka'bah bagi peziarah. Lembaran Taurat, Kitab Suci Alquran. Aku memeluk agama cinta, dan ke arah mana pun unta-unta menuju, cinta adalah agama dan keyakinanku.'' 
Gelora cinta yang ia ungkapkan itu tampak melintasi batas-batas fisik dan keterikatan dengan agama formal. Ia menyebut dirinya laksana biara, kuil, Ka'bah, yang merupakan tempat ibadah umat yang berlainan agama. Namun, sesungguhnya Ibn Arabi memiliki hubungan spesial dengan benda fisik yang membuatnya mabuk asmara. Benda itu adalah Ka'bah.
Ka'bah menempati kedudukan istiwewa dalam diri Ibn Arabi. Ketika berada di Makkah pada 598 H, ikatannya dengan Ka'bah melampaui ikatan-ikatan peziarah biasa. Dalam pandangannya, Ka'bah adalah mahkluk hidup yang dapat berbicara dan mendengar.
Dikisahkan dalam kitabnya al-Futuhat al-Makkiyah, ia tidak terkejut ketika suatu hari Ka'bah memanggil dan memintanya bertawaf. Sementara itu, mata air Zamzam mengharapkan untuk meminumnya. ''Kedua permintaan itu jelas sekali terdengar,'' katanya. Oleh karena itu, kecintaan Ibn Arabi kepada Ka'bah, laksana cintanya kepada makhluk hidup.
Dalam Tarjuman ia bersenandung untuk Ka'bah, ''Kasih Allah bagi orang-orang yang taat. Allah telah memilihmu di antara bebatuan. Engkaulah rumah Allah. Cahaya hatiku. Kesegaran mataku. Hatiku. Secara hakiki engkau adalah rahasia wujud. Altarku. Kemurnian cintaku. Duhai Ka'bah Allah, hidupku.''       
Pengakuan Syekh al-Akbar tentang pengalaman-pengalaman spiritualnya yang begitu hebat tidak hanya terjadi ketika di Makkah. Sebelumnya, ketika masih berada di Fez, Maroko, tahun 595 H, ia mengaku telah dianugerahi gelar oleh Allah sebagai Penutup Kewalian Muhammad. Pengakuannya itu ia tuangkan dalam al-Futuhat al-Makkiyah.[14]  
''Di antara hamba-hamba Allah, aku adalah ruh suci, sebagaimana malam penentuan adalah ruh segala malam. Aku menyucikan diriku dari ketidakseimbangan dengan keseimbangan. Karena kebaikan yang ada pada diriku, aku asing terhadap keseimbangan maupun ketidakseimbangan. Dan, manakala pada suatu malam Tuhan datang dan menyatakan kepadaku bahwa akulah sang penutup, pada awal bulan itu. Dia berfirman kepada orang yang kala itu berada di cakrawala tertinggi dan alam perintah.''      
Meski demikian, ia berseru kepada Allah, berlindung kepada-Nya untuk tidak dipuja oleh para pengikutnya. Pada suatu malam yang sunyi ia memanjatkan doa, ''Rabb, aku pernah meminta-Mu untuk mengizinkan hamba-Mu agar tetap tersembunyi hingga akhir zaman. Rabb, aku meminta-Mu untuk melindungiku dari segala pemujaan terhadapku.'' rid/berbagai sumber
Karisma Sang Penutup Kewalian Muhammad         
''Akulah anggrek yang merekah dan panen yang melimpah. Kini, angkatlah tabirku dan bacalah apa yang tertera dalam tulisanku. Apa pun yang engkau lihat pada diriku, tuliskan dalam bukumu dan ajarkan kepada semua sahabatmu.''
      
Pernyataan Ibn Arabi di atas adalah sebuah ajakan kepada siapa pun untuk menerima ajaran-ajarannya, kemudian menularkannya kepada orang-orang yang membuka diri. Apa yang ia cita-citakan itu menjadi nyata. Karya-karya agungnya telah menyebar ke hampir seluruh dunia Islam dan Barat sampai saat ini.
        
Ibn Arabi lahir di Murcia, Spanyol Islam, pada 17 Ramadhan 560 H, bertepatan dengan 28 Juli 1165, dengan nama Abu Bakr Muhammad ibn al-'Arabi al-Hatimi al-Tai. Sejak kecil tanda-tanda keistimewaan sang Muhyiddin (Penghidup Agama) telah tampak. Karena itu pula, ia sering dipanggil dengan nama Muhyidin Ibn Arabi.     
Pada satu ketika di kota Sevilla, ia sedang bermain bersama teman-temannya, tiba-tiba Ibn Arabi kecil mendengar suara yang memanggilnya, ''Hai Muhammad, bukan untuk ini kamu diciptakan.'' Karena suara itu, ia menjadi gelisah.
   
Ia melarikan diri dan menyendiri untuk beberapa hari di sebuah tempat pekuburan. Di situlah ia mengalami tiga musyahadah yang mempunyai pengaruh besar dalam perkembangan spiritualnya. Konon, Ibn Arabi telah bertemu Nabi Isa, Musa, dan Muhammad, yang mengasah kualitas spiritualnya.
 
Karena pengalaman dan kedalaman spiritualnya itu, Guru Teragung ini meyakini dirinya sebagai Penutup Kewalian Muhammad. Dalam karyanya, al-Futuhat al-Makkiyyah, ia menuturkan memperoleh pengetahuan dari Tuhan dengan cara begitu saja, karena pintu-pintu ilmu pengetahuan telah terbuka baginya. Ketika pintu telah terbuka, ia menemukan dirinya telah mewarisi seluruh ilmu pengetahuan Muhammad.[15]
   
Ibnu Arabi mengatakan, ''Kekasih Tuhan akan meneruskan warisan Muhammad. Di antara wali-wali Tuhan adalah pewaris Ibrahim, Musa, dan Isa. Hal itu terus berlangsung hingga ada Penutup Muhammad.'
      '
Dalam salah satu syair pendeknya, Ibn Arabi mengungkapkan masalah ini. ''Kuwarisi Muhammad dan kuwarisilah segalanya.''[16]
  


























BAB III
PENUTUP
Simpulan
Syair merupakan bentuk karya sastra yang berbentuk prosa, secara etimologi (istilah), syair merupakan bentuk karya sastra yang berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata (ا اشعر ) yang berarti mengetahui atau merasakan. Sedangkan pengertian syair secara terminologi (bahasa) yaitu cerita bersajak (tiap-tiap sajak terdiri atas empat baris yang berakhiran bunyi yang sama.) adapun pelantun dan pengarang syair disebut pujangga.
Berdasarkan sepengetahuan kami, bahwa syair itu terbagi menjadi tiga, yaitu:
a.      Syair Panji
b.     Syair Romantis
c.      Syair Agama
Islam merupakan agama yang rahmatan lilalamin oleh sebab itu Islam menginginkan  agar umatnya memilih mana yang hak mana yang bathil dalam hal syair islam Islam membrikan toleransi selama isi dan kandungan sebuah syair tidak melanggar etika dan norma agama maka hukum bersyair adalah boleh. Tetapi apabila isi dan kandungan syair terdapat kata-kata yang erotis atau membuat nafsu sex meningkat, bahkan melipakan Allah SW, maka hukum syair adalah haram.
Terdapat tokoh-tokoh para penyair muslim yang sangat terkenal dengan syairnya, mulai dari Iqbal, yang lahir di India kemudian ada Omar Khayaman, Jalaludin rumi dan Ibnu Arabi yang lahir di Bagdhad.










DAFTAR PUSTAKA

Hartati, Bahasa Indonesia untuk kelas X, Grapindo, Bandung.1996.
Muchlas Shodikin,Syair dan Para Pujangga Muslim,Mizan,Bandung.2003.
Moedji Raharto, Islam dan kebudayaan Indonesia,Yayasan Festival Istiqlal, Jakarta,1993.
Muhammad Nashirudin Al-Albani, Ringkasan Shahih Muslim, Gema Insani, Jakarta. 2005
Mukti Ali, Alam pikiran Islam,Mizan, Bandung, 1995..
Muslich Sabir,400 Hadist pilihan, Al-Maarif, Bandung, 1982
Poerwadarminta, Kamus umum Bahasa Indonesia,Balai Pustaka:Jakarta.2003
Qasim Tarmana Ahmad, Minassunah annabawiyah,Tri Genda karya, 1994
Racmat Syafe’i, Al-Hadist, Pustaka Setia,2000
Sidi Gaza’ba, Ilmu dan Islam,Mulza Djakarta, Djakarta, 1969.
Zaki al-abidin, Ringkasan Shahih muslim(penerjemah sinqithy), Mizan Pustaka, Bandung,
2009






[1] Rachmat syafe’I,Al-Hadis,hal.276
[2] Poerwadarminta,2003,hal.1170,Kamus Umum Bahasa Indonesia,Balai Pustaka:Jakarta.
[3] Hartati,Bahasa,1996,Indonesia untuk kelas lX Sekolah Menengah Atas,Grafindo:Jakarta.

[5] Ibid,hal.24
[6] Rachmat Syafi’I,Al-Hadis,2000,Pustaka Setia:Bandung
[7] Muhammad Nashiruddin Al-Albani,Ringkasan Shahih Muslim,2005,Gema Insani:Jakarta

[8] Ibid,hal.213
[9] Mukti Ali,Alam Pikiran Islam,Mizan:Bandung. Hal.173
[10] Ibid,hal 8
[11] Muchlas Shodikin,Syair dan para Pujangga Muslim,Mizan,Bandung,2003. Hal.45
[12]  Muchlas Shodikin,Syair dan para Pujangga Muslim,Mizan,Bandung,2003.ibid.10
[13] Muchlas Shodikin,Syair dan para Pujangga Muslim,Mizan,Bandung,2003 op.cit hal.11
[14]  Ibid hal.12
[15] Muchlas Shodikin,Syair dan para Pujangga Muslim,Mizan,Bandung,2003. Hal.13
[16] Muchlas Shodikin,Syair dan para Pujangga Muslim,Mizan,Bandung,2003.hal.35

Tidak ada komentar:

Posting Komentar