SYAIR DALAM
PERSFEKTIF ISLAM
(Diajukan
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadits 1 dan Pembelajarannya)
Yang
Dibina Oleh:
Dosen: Drs.Maslani,M.Ag
Wahyu Hidayat,M.Ag
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM/II/A
FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
Disusun Oleh:
Ai Anita (1122020176)
Antriyani (1122020180)
Anwar Rosadi (1122020181)
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG
DJATI
BANDUNG
2013M/1434 H
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Telah terjadi kesepakatan dikalangan kaum muslimin
bahwasannya hadits Nabi Muhammad SAW merupakan landasan syariat yang kedua
setelah Al-quran, dimana hadits–hadits rasulullah SAW merupakan penjelas atas
ayat-ayat Allah yang besifat mujmal (umum).
Hadits-hadits Rasulullah merupakan bentuk
perkataan, perbuatan dan ketetapan Nabi Muhammad SAW yang menggambarkan tentang
akidah, syariat muamalah dan akhlak, dimana hal-hal tersebut tidak dapat di
pisahkan dari Al-quran baik Al-quran maupun hadits keduanya diungkapkan dalam
bentuk perkataan atau lafadz-lafadz yang tersusun dari gabungan yang mengandung
makna luas dan bersikap interfretatif yang membutuhkan pemahaman baik secara
komprehensif atau parsial.
Para ulama telah banyak menghabiskan umur
mereka dalam melakukan penelitian terhadap hadits-hadits rasul SAW baik secara
bahasa maupun makna, maupun budaya syariat yang terdapat didalamnya, hal ini
perlu dilakukan melihat banyak hadits-hadits Rasulullah SAW yang hingga saat
ini dapat dijangkau makna dan kandungannya, diantara hadits-hadits Rasul
tersebut adalah hadits-hadits Rasul yang berhubungan dengan syair, meskipun
secara harfiyah atau pun lafdziah hadits-hadits yang berhubungan dengan hal ini
sangat banyak dan bertebaran diberbagai kitab-kitab hadits baik dalam
kitab-kitab shahih, sunan, masahid, dan bahkan majami.
Manusia
telah memiliki fitrah yaitu fitrah akan kecintaan pada seni.salah satu seni
yang paling diminati oleh manusia adalah seni musik.
Masyarakat Indonesia juga telah memiliki
kebiasaan dalam mengembangkan syair. Syair juga dapat dianalogikan dengan seni
musik, karena antara keduanya memiliki persamaan yaitu sebagai sumber hiburan
bagi masyarakat. seni music di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat
signifikan, mulai dari nasyid, dangdut, pop dan lain-lain.
Terdapat berbagai pendapat yang berkaitan
dengan syair, dimana hadits-hadits menjelaskan tentang kedudukan syair dalam
Islam nampaknya bertentangan pada sisi lain terdapat pula yang mengharamkan
(melarang), kontroversi yang terdapat dalam hadits-hadits tersebut menimbulkan
pertanyaan tentang kebolehan dan ketidakbolehan membuat (menyusun) dan
melantunkan syair.
Berdasarakan fakta-fakta dan kontroversi
para ulama tentang syair di atas, maka dalam makalah ini penulis akan membahas
masalah tersebut dengan judul : Syair
dalam Persfektif Islam.
B. Rumusan
masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,terdapat
beberapa rumusan masalah yang harus dibahas dalam makalah ini. Adapun rumusan
masalahnya yaitu sebagai berikut:
a. Apa pengertian syair?
b. Apa saja macam-macam syair ?
c. Bagaimana pandangan Islam mengenai hukum
syair ?
d. Bagaimana riwayat hidup para tokoh penyai ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Syair
Secara etimologi (istilah),syair berasal
dari bahasa arab yaitu dari kata ا اشعر) ( yang mengandung arti mengetahui atau merasakan.
Secara terminologi, syair yaitu:
كلا م يقصد به الوزن والقا فية ويعبر عن
الاخيلة البد يعة
Artinya:
“ suatu kalimat yang sengaja di susun dengan menggunakan irama dan sejak
yang mengungkapkan tentang khayalan atau
imajinasi yang indah.”[1]
Syair adalah cerita yang besajak (tiap-tiap sajak
terdiri atas empat baris yang berakhiran bunyi yang sama. Adapun pelantun dan
pengarang syair di sebut pujanggga.[2]
Syair adalah salah satu jenis puisi lama, yang berasal dari Persia (sekarang berasal
dari iran) dan telah dibawa mereka ke nusantara bersama-sama dengan kedatangan
islam. Syair dalam sesusastraan melayu merujuk pda pengertian puisi secara umum
akan tetapi, dalam perkembangannya syair tersebut mengalami perubahan dan
modifikasi sehingga syair di desain sesuai dengan keadaan dan situasi yang
terjadi.[3]
Seni adalah kreasi insani yang mengandung
dan mengungkapkan keindahan yang pada satu segi. (1)Mengespresikan ruh dan
budaya (Af’idah: priksa, rasa, karsa,
intuisi dan imajinasi) sang artisan, dan pada segi lainnya sekaligus (2)
mereplesikan pandangan dunia dan hidup penciptanya. Seni Islami, yaitu kreasi
sang artisan yang mengandung dan mengungkapkan keindahan, nilai-nilai aristik
dan estetik yang pada satu segi (1) mengesoresikan ruh dan budaya, sang artisan
, dan pada segi lainnya serta merta. (2) mereplesikan pandangan dunia dan
pandangan hidup islami dalam ruang dan waktu.(ending syaipudin anshari hal 39)[4]
B. Macam-macam
Syair
Menurut isinya, syair dapat di klasifikasikan sebagai
berikut :
1.
Syair Panji menceritakan tentang keaadaan yang
terjadi dalam istana dan keadaan orang-orang yang berasal dari isana.
2.
Syair romantis yaitu syair yang berisi tentang
percintaan yang biasanya terdapat dalam cerita-cerita pelipur lara, hikayat dan
cerita rakyat
3.
Syair agama yaitu syair yang menceritakan tentang
ajaran agama syair ini merupakan syair terpenting karena dalam syair agama
biasanya membahas tentang akidah dan tasawuf. Syair agama di bagi menjadi empat
yairu:
a.
Syair sufi
b.
Syair tentang ajaran agama islam
c.
Syair tenang cerita dan riwayat nabi Muhammad saw
d.
Syair nasihat [5]
C. Pandangan
islam tentang syair
Pandangan islam tentang syair ada dua pendapat, yaitu
syair yang diperkenankan dan syair yang tidak diperbolehkan.
1. Syair yang
diperbolehkan dalam islam.
حد يث ا بي هرير ة ر. ع. قا ل ا لنبي ص.م
:اصد ق :كلمة قا لها ا لشا عر,كلمة لبىد:(الاكل شى ء ما خلا ا لله با طل) وكا دا مىة
بن ا بى ا لصت ا ن يسلم.
( ا خر جه
ا لبخل ر ىفى : ˄˅ - كتا ب ا لا د ب : ٩٠
با ب ما يجو ز من اشعر و ا ار جز و ا احد ا ء
و ما يكر ه منله)
Abu
khurairoh berkata: bahwa nabi saw. Bersabda. ”setepat-tepat kalimat yang
diucapkan oleh pujangga ialah kalimat Labied, “ingatlah segala sesuatu selain
alloh adalah Batil( palsu)’ dan umayah bin abi Shall hampir masuk islam karena
ia mengubah syair yang berisi tuntunan iman, tetapi ia sendiri tidak beriman.”
(dikeluarkan
oleh Al-Bukhari, dalam kitab sastra,bab:’ sesuatu yang dibolehkan para penyair,
dosa, marah yang dilarang dari syair.’)[6]
Penjelasan hadits.
Dari hadits di atas,terdapat penjelasan bahwa bangsa
arab memiliki kebudayaan-kebudayaan yang tidak dapat dihilangkan sampai
sekarang. Kita ketahui bahwa kebudayaan memiliki pengertian yaitu soal hubungan
manusia dengan manusia dan alam.
Salah satu kebudayaan bangsa arab pada zaman jahiliyah
yaitu mereka pandai membuat syair.pada zaman jahiliayah sering diadakan
perlombaan dalam melantunkan dan membuat syair, syair-syair yang menjadi
pemenang ditempelkan di pinggir-pinggir ka’bah.
Bangsa arab memiliki kelebihan dalam membuat syair dan
oleh karenanya Allah SWT menurunkan wahyu kepada Nabi Muhammad SAW berupa
Al-Quran.Al-Quran diwahyukan kepada Nabi
Muhammad yaitu bertujuan untuk menandingi kehebatan-kehebatan syair yang dibuat
oleh masyarakat jahiliyah. Hal ini juga mengindikasikan bahwa yang menjadi
sebab kenapa Al-Quran banyak menyinggung tentang Syair,bahkan di dalam Al-Quran
sendiri terdapat surat yang dinamakan para penyair (Asy-Syu’ara).Al-Quran
memiliki keindahan susunan bahasa yang begitu sangat indah,sehingga syair-syair
yang dibuat oleh masyarakat arab dapat dikalahkan.dalam Al-Quran juga
dijelaskan bahwa Allah SWT menantang kepada bangsa jin dan manusia untuk
membuat suatu ayat yang seperti Al-Quran,dan ternyata tidak ada yang mampu
menjawab tantangan tersebut.
Namun bangsa
arab tetap tidak mempercayai bahwa Al-Quran adalah wahyu Allah SWT,dan mereka
tetap menganggap bahwa Al-Quran adalah syair-syair yang dibuat oleh Nabi
Muhammad SAW.Namun pendapat-pendapat bangsa Arab tersebut di tentang atau
dibantah oleh AL-Quran.Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS.Yaasin:69
$tBur çm»oYôJ¯=tæ t÷èÏe±9$# $tBur ÓÈöt7.^t ÿ¼ã&s! 4 ÷bÎ) uqèd wÎ) Öø.Ï ×b#uäöè%ur ×ûüÎ7B ÇÏÒÈ
Artinya:
“Dan kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair
itu tidaklah layak baginya. Al Quran itu tidak lain hanyalah pelajaran
dan Kitab yang memberi penerangan.”
Dari ayat di atas dijelaskan bahwa selain
membantah tentang pendapat masyarakat jahiliayah yang menyatakan bahwa Al-Quran
adalah syair yang dibuat oleh Nabi Muhammad SAW,juga menjelsakan tentang bahwa
Nabi Muhammad juga tidak suka disebut sebagai penyair.alasannya karena banyak
para penyair yang membuat syair hanya mengedepankan asfek keindahan bahasa
semata,dan tanpa menghiraukan masalah isi dari syair tersebut.Namun harus kita
ketahui bahwa tidak semua syair yang dibuat oleh masyarakat jahiliyah itu
dibenci oleh Nabi Muhammad SAW.Apabila syair-syair tersebut berisi tentang
ajaran-ajaran ketauhidan dan ajaran Agama yang lain,maka diperbolehkan,seperti
yang akan dijelasakan oleh hadits di bawah ini yang menyatakan bahwa Nabi
Muhammad SAW,sangat mengagumi syair yang dibuat oleh Umayyah bin abi
shalat.Adapun bunyi hadits yaitu sebagai berikut:
١٥٠٦عَنِ الشَّرِ يْدِ رَضِي.اللهُ عَنُهُ قَالَ : رَدِ فُتُ
رَسُوْلُ اللهِ صّلى الله عَليْهِ وَسَلَمِ يَوْمًا , فَقَالَ : هَالْ مَعَكَ مِنْ
شِعْرِ اُمَيّةَ بِنْ اَبِيْ الصَلَتِ شَيْءٌ؟ قُالْتُ : نَعَمْ ,قَالَ : هِيْهِ,
فَاَ نْشَدَ تُهُ بَيْتًا, فَقَالَ :"هِيْهِ" ثُمَ اَنْشَدَ تُهُ
بَيْتًا فَقَالَ: "هِيْهِ" حَتّى اَنْشَدَ تُهُ مِائَةَ بَيْتٍ
Diriwayatkan dari syarid r.a : pada suatu hari, aku
pernah memboncengkan rasulullah saw, lalu beliau bersabda “apakah hafal
sebagian syair umayyah bin abi shalat ?” aku menjawab “ya” sabda beliau”
lantunkanlah”
Setelah aku melantunkan kepada beliau satu bait syair,
beliau bersabda,”teruskanlah”lalu aku melantunkan satu bait syair lagi,
kemudian beliau bersabda”teruskanlah”begitulah aku melantunkannya sampai 1000
bait syair.[7]
Adapun penyair lain yang sangat dikagumi oleh Nabi
Muhammad SAW adalah penyair yang bernama Labid,sesuai dengan hadits di bawah
ini:
١٥٠٧عَنْ اَبِىْ
هُرَيْرَةِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَمَ: "اَصَدَقَ كَلِمَةٍ قَالَهَا شَا عِرٌ كَلِمَةُ لَبِيْدٍ: اَلَا
كُلُّ شَيْ مَا خَلَا اللهِ بَا صِلٌ
“
diriwanyatkan dari Abu khurairoh R.A Rasulluloh SAW bersabda, syair yang paling
benar yang gubah oleh seorang penyair(Arab) adalah gubah labid yang berbunyi
ketahuilah segala sesuatu selain Alloh, pasti akan binasa”[8]
Dari hadits
di atas telah di tegaskan bahwa syair yang berisi tentang ajaran tauhid dan
mengajak kepada amar ma’ruf nahi munkar, maka syair tersebut
diperbolehkan.
2.
Syair yang tidak diperkenankan
حديثءبى حر ير ة ر.ع . قا ل :قا ل ر سو ل ا لله ص.م
الاءن يمتلي ء جو ف ر جل قيحا ير يه خير من اءت يمتلي ء شعر ا (ا خر جه ا لبخا ر
ي)
Artinya :
“Abu Hurairah berkata, Rasulallah SAW bersabda,”jika
perut seseorang itu penuh dengan nanah yang merusak, nscaya lebih baik dari
pada penuh dengan syair (sajak)”
Dari hadits di atas,kita dapat menyimpulkan bahwa
syair yang tidak diperbolehkan oleh agama adalah syair-syair yang dibuat oleh
orang-orang yang tidak beriman dan dikuasai oleh setan,yang merupakan kebalikan
dari hadits yang dijelasakan di atas.sebagaimana firman Allah SWT dalam QS Asy-Syu’ara ayat 224-227)
âä!#tyè±9$#ur ãNßgãèÎ7®Kt tb¼ãr$tóø9$# ÇËËÍÈ óOs9r& ts? öNßg¯Rr& Îû Èe@à2 7#ur tbqßJÎgt ÇËËÎÈ öNåk¨Xr&ur cqä9qà)t $tB w cqè=yèøÿt ÇËËÏÈ wÎ) tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# (#rãx.sur ©!$# #ZÏVx. (#rã|ÁtFR$#ur .`ÏB Ï÷èt/ $tB (#qßJÎ=àß 3
ÞOn=÷èuyur tûïÏ%©!$# (#þqßJn=sß £r& 5=n=s)ZãB tbqç7Î=s)Zt ÇËËÐÈ
Artinya :
“ Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat.
Tidakkah kamu melihat
bahwasanya mereka mengembara di tiap- tiap lembah
Dan bahwasanya mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak
mengerjakan(nya)?
Kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal
saleh dan banyak menyebut Allah dan mendapat kemenangan sesudah menderita
kezaliman. dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana
mereka akan kembali.
yang dimaksud dengan ayat
Ini ialah bahwa sebagian penyair-penyair itu suka mempermainkan kata-kata dan
tidak mempunyai tujuan yang baik yang tertentu dan tidak punya pendirian.”
D. Tokoh-tokoh
penyair Islam dan karyanya
1) Iqbal
Iqbal lahir pada 1873 di Sialkot suatu kota
bersejarah di perbatasan Punjab Barat dan Kashmir. Ia datang dari keluarga
miskin tetapi dengan bantuan beasiswa yang diperokeh di sekolah menengah dan
perguruan tinggi ia mendapatkan pendidikan yang bagus.
Setelah penidikan dasarnya di Sialkot ia
masuk Government Collage (Sekolah Tinggi Pemerintah) Lahore, ia menjadi
mahasiswa kesayangan Sir Thomas Arnold yang meninggalkan Aligrh dan pindah
bekerja di Government Collage Lahore. Iqbal lulus tahun 1897 dan memperoleh
beasiswa serta dua medali emas karena baiknya bahas Inggris dan Arab. Ia
akhirnya memperoleh gelar M.A. dalam filsafat pada tahun 1899.
Setelah menyelesaikan pelajarannya,
Iqbalmenjadi staf di perguruan tinggi pemerintah (government collage) tetapi
karir sastranya telah membayangi semua aspek kerjanya terlebih dahulu. Pada
waktu itu Iqbal menulis bukunya dalam bahasa urdu yang pertma kali mengenai
ekonomi.namun sebelum itu ia mulai mengambil bagian pada symposium syair
local,telah menarik perhatian para penyair senior [9]
Periode pertama karir syair Iqbal berakhir
pada tahun 1905 sewaktu ia pergi meneruskan pelajaran di Eropa.ia menulis
beberapa lirik yang indah dan bentuknya yang lama pada waktu ia belajar di
Inggris dan Jerman, tetapi sikapnya pada banyak hal mengalami perubahan besar.
Iqbal pergi ke Inggris sebagai seorang nasionalis dan panties, tetapi kembali
ke India sebagai pan-Islamis dan hamper-hampir saja puritan (pemurni).
Perubahan itu sebagian karena penelitian pada tasawuf islam. Ia menulis
disertainya tentang Development of Metaphysics in Persia untuk gelar
Ph.D.-nya, dan pada waktu belajarnya ia sampai pada kesimpulan bahwa tasawuf
(atau apa yang dikatakan mistik islam) tidak mempunyai dasar yang kukuh dan
historis dalam ajaran Islam yang murni. Ia menulis kepada kawannya Khawaja
Hasan Nizami di Dheli dan minta kepadanya beberapa buktu yang meyakinkan bagi
teori yang menyatakan bahwa tasawuf adalah bentuk esoteris Islam.
Jawaban-jawaban yang tidak memuaskan Iqbal dan berangsur-angsur dia smapai
kepada kesimpulan bahwa dalam Islam tasawuf merupakan pertumbuhan yang asing,
bahkan tidak sehat[10]
2) Omar
Khayawan
Penyair filusuf adalah seorang yang
berfikir Lucretius, Omar Khayyam, Dante, Goethe, dan beberapa dramawan Yunani.
Orang-orang yang menganggap penyair yang lucu. Sebenarnya orang-orang inijuga
sangat tekun . Mereka moralis, pemikir, penyair, nabinyang mereplesikan
kesadaran nasional rakyat mereka. Nabi
adalah manusia yang membawa pesan dan jika nabi adalah seorang penyair maka dia
seorang penyair filsuf.
Oman Khayyam dalam puisi empat barisnya
yang elok memprsembahkan filsafat yang bersih tentang hidup dan
kehidupannya.
Sebagian agak aneh bagi pikiran kita namun
sebagian lagi begitu cocok dengan angan-angan hati kita.[11]
Dan didalam semesta ini, mengapa bukan
mengetahui
Ke mana, seperti air beriak mengalir
Lalumunculangin jauh berhembus.
Ku tahu tak kan kemana,bertiup berhembus.
Tidak kah aneh? Beribu-ribu orang
Sebelum kita masuki pintu gelap gulita,
Tak seorang kembali tunjukan jalan
Menemukannya kita pun mestilalui,
Ah cinta!Dapatkah kamu,aku, bertemu takdir.
Mendapat ampun atas segala rencana nya
Takan kita hancurkan setitikpun lalu
Kembali ke hati?
3)
Jalaludin Rumi
Jalaluddin Rumi atau nama lengkapnya Maulana Jalaluddin Rumi
Muhammad bin Hasin al Khattabi al-Bakri adalah sang pujangga dari tanah Persia.
Selain penyair dia juga tokoh sufi yang berpengaruh di zamannya dia lahir pada
30 September 1207 Masehi di Balkh sebuah kota kecil di kota Khurasan,
Afghanistan dan meninggal pada 17 Desember 1273 Masehi di Konya (Turki).
Bagi pembaca tanah air, buku kumpulan puisi Rumi yang sangat
terkenal yakni Masnawi. Buku ini terdiri dari enam jilid dan berisi 20.700 bait
syair. Dalam karyanya ini, terlihat ajaran-ajaran tasawuf yang mendalam, yang
disampaikan dalam bentuk apologi, fabel, legenda, anekdot, dan lain-lain.
Puisi Jalaluddin Rumi memiliki kedalaman dan penghayatan yang
sangat dalam; Aneka Puisi Syair karya Jalaluddin Rumi baik tentang “puisi puisi
cinta”Dalam sebuah puisinya Rumi mengumpamakan perjalanan dari diri ke dalam
diri sebagai perjalanan ‘sebutir pasir yang menyimpang dari jalan yang lazim
dan memasuki tubuh tiram, dan setelah lama terkurung akan muncul sebagai
mutiara’.Berikut adalah Aneka Puisi Syair Pilihan Karya Jalaluddin Rumi
PUASA
MEMBAKAR HIJAB
Rasa
manis yang tersembunyi,
Ditemukan
di dalam perut yang kosong ini!
Ketika
perut kecapi telah terisi,
ia
tidak dapat berdendang,
Baik
dengan nada rendah ataupun tinggi.
Jika
otak dan perutmu terbakar karena puasa,
Api
mereka akan terus mengeluarkan ratapan dari dalam dadamu.
Melalui
api itu, setiap waktu kau akan membakar seratus hijab.
Dan kau akan mendaki seribu derajat di atas jalan serta dalam
hasratmu[12]
4) Ibn Arabi
As-Syekh al-Akbar (Guru Teragung), demikian Ibn Arabi sering
disapa. Ada pula yang menyapanya Muhyiddin (Penghidup Agama), atau al Kabrit Al
Ahmar (Belerang Merah). Sang pengusung ajaran wihdat al-wujud ini merupakan
sosok yang kontroversial. Syair-syair mistisnya disenandungkan dengan bahasa
erotis sehingga mengundang reaksi dari kalangan fuqaha.
Nama Muhyidin Ibn Arabi, mengingatkan pada tokoh sufi seperti
Al-Hallaj (Baghdad), Syekh Siti Jenar, dan Hamzah Fansuri. Syair-syair maupun
ungkapan-ungkapannya banyak mengandung kontroversi. Namun demikian, bila
dicermati secara saksama, apa yang diucapkan atau tertulis dalam syairnya,
menggambarkan kecintaan dan kedekatan sang tokoh dengan Tuhannya.
Ibn Arabi sudah menulis tiga kumpulan puisi dan ribuan syair yang
tersebar di seluruh tulisan-tulisan prosanya. Sebagai seorang teoretisi
imajinasi Muslim terbesar, ia mampu menggambarkan perasaan cinta, keagungan
Tuhan, kesempurnaan Muhammad, dan keindahan alam dalam puisi imajinatif yang
sempurna.
Dalam karyanya berjudul Dakha'ir al-A'laq, Ibn Arabi mengatakan,
''Aku menyinggung tentang ilmu-ilmu makrifat yang mulia, cahaya ketuhanan,
misteri spiritual, ilmu pengetahuan, intelektual, dan berbagai peringatan
syariah. Akan tetapi, kuekspresikan semuanya itu dengan gaya bahasa cinta
erotis dan gelora asmara, karena jiwa akan terpikat dengan ekspresi-ekspresi
seperti itu.''
Ibn Arabi sering kali menggunakan sebuah perumpamaan untuk
menggambarkan realitas keagungan dan keindahan Tuhan. Terkadang, ia menggunakan
tamsil bulan purnama (badr), dan tidak jarang pula menggambarkan-Nya dengan
perempuan cantik.
Syair mistiknya dalam Tarjaman al-Asywaq, melukiskan keindahan
Tuhan. ''Seorang perempuan ramping, langsing, cantik nan segar, untuk siapa
hati pencinta yang dirundung kerinduan. Racikan terjadi dengan harum wangi pada
saat menyebutnya, dan setiap gerak lidah tidak lain kecuali namanya.''
Syair tersebut seakan diucapkan oleh seorang pemuda yang sedang
dimabuk cinta kepada seorang wanita cantik yang dicintainya. Kobaran cintanya
menyala untuk selama-lamanya. Kapan pun lelaki itu menyebut nama yang
dicintanya itu, keluar aroma harum wangi, karena kegandrungan itu sendiri
adalah aroma.
Karena tamsil yang terlalu menonjolkan keindahan-keindahan fisik
itu, Syekh al-Akbar dituduh oleh para fuqaha (ahli ilmu fiqih) tengah mengumbar
syair-syair erotis dengan menyamarkannya sebagai syair-syair mistis.
Penilaian yang dilontarkan oleh para fuqaha tidak sepenuhnya salah.
Di dalam Kitab Tarjuman, Sang Guru Teragung sendiri menceritakan pertemuannya
dengan seorang gadis jelita yang mengilhaminya menulis syair-syair indah.
Ia mengatakan, ''Yang kurasakan adalah seberkas cahaya yang menerpa
bahuku, yang dipantulkan oleh tangan-tangan lembut. Aku berbalik dan kulihat
seorang wanita, salah seorang putri Rum. Tak pernah kulihat wajah yang secerah
dia, atau kata-kata yang begitu indah, cerdas, halus, dan suci.''
Ibn Arabi kemudian menanyakan nama gadis itu. ''Kejernihan Mata,''
jawabnya. Ia lantas mengatakan, ''Setelah itu, aku mengucapkan salam kepadanya
dan pergi.'' Untuk menyanjung kesempurnaan gadis itu, ia terkadang menyebutnya
''Pelipur Lara'' atau ''Sumber Matahari''.
Rasa takjub Si Belerang Merah terhadap sang gadis Persia tampaknya
membekas di hatinya begitu dalam. Di pengantar Tarjuman ia mengatakan, ''Setiap
kali aku menyebut sebuah nama, nama dialah yang kusebut. Setiap kali aku
menyebut rumah, rumah dialah yang kusebut.''
Setelah mengakui kekagumannya terhadap sang gadis, ia segera
mengingatkan para pembaca bahwa apa yang ditulisnya adalah ilham ilahi dan
wahyu spiritual. Akan tetapi, peringatannya tampak sia-sia, karena kelompok
fuqaha tidak mengendorkan tuduhan kepadanya sebagai pengumbar hawa nafsu.
Ibn Arabi kemudian merasa perlu menulis sebuah ulasan atas Kitab
Tarjuman yang diberi nama Dakha'ir al-A'laq. Di dalamnya dijelaskan dengan
tegas dan lugas makna spiritual di balik ungkapan yang biasa ia gunakan dalam
bahasa cinta.[13]
Keberanian Ibn Arabi tidak hanya dalam memilih kata-kata erotis
untuk menyanjung Zat Yang Mahakuasa. Ketajaman spiritualitasnya mendorongnya
untuk berani mengakui dirinya sebagai orang yang tidak terikat oleh suatu agama
formal. Tak heran jika ia kemudian dituduh sesat dan menyesatkan, murtad, atau
seorang Nasra ni oleh kelompok yang
tidak suka dengannya.
Dalam sebuah syair yang masyhur ia berkata, ''Hatiku telah berganti
rupa jadi semua bentuk: padang rumput bagi rusa-rusa, biara bagi para rahib,
kuil bagi arca-arca, Ka'bah bagi peziarah. Lembaran Taurat, Kitab Suci Alquran.
Aku memeluk agama cinta, dan ke arah mana pun unta-unta menuju, cinta adalah
agama dan keyakinanku.''
Gelora cinta yang ia ungkapkan itu tampak melintasi batas-batas
fisik dan keterikatan dengan agama formal. Ia menyebut dirinya laksana biara,
kuil, Ka'bah, yang merupakan tempat ibadah umat yang berlainan agama. Namun,
sesungguhnya Ibn Arabi memiliki hubungan spesial dengan benda fisik yang
membuatnya mabuk asmara. Benda itu adalah Ka'bah.
Ka'bah menempati kedudukan istiwewa dalam diri Ibn Arabi. Ketika
berada di Makkah pada 598 H, ikatannya dengan Ka'bah melampaui ikatan-ikatan
peziarah biasa. Dalam pandangannya, Ka'bah adalah mahkluk hidup yang dapat
berbicara dan mendengar.
Dikisahkan dalam kitabnya al-Futuhat al-Makkiyah, ia tidak terkejut
ketika suatu hari Ka'bah memanggil dan memintanya bertawaf. Sementara itu, mata
air Zamzam mengharapkan untuk meminumnya. ''Kedua permintaan itu jelas sekali
terdengar,'' katanya. Oleh karena itu, kecintaan Ibn Arabi kepada Ka'bah,
laksana cintanya kepada makhluk hidup.
Dalam Tarjuman ia bersenandung untuk Ka'bah, ''Kasih Allah bagi
orang-orang yang taat. Allah telah memilihmu di antara bebatuan. Engkaulah
rumah Allah. Cahaya hatiku. Kesegaran mataku. Hatiku. Secara hakiki engkau
adalah rahasia wujud. Altarku. Kemurnian cintaku. Duhai Ka'bah Allah,
hidupku.''
Pengakuan Syekh al-Akbar tentang pengalaman-pengalaman spiritualnya
yang begitu hebat tidak hanya terjadi ketika di Makkah. Sebelumnya, ketika
masih berada di Fez, Maroko, tahun 595 H, ia mengaku telah dianugerahi gelar
oleh Allah sebagai Penutup Kewalian Muhammad. Pengakuannya itu ia tuangkan
dalam al-Futuhat al-Makkiyah.[14]
''Di antara hamba-hamba Allah, aku adalah ruh suci, sebagaimana
malam penentuan adalah ruh segala malam. Aku menyucikan diriku dari
ketidakseimbangan dengan keseimbangan. Karena kebaikan yang ada pada diriku,
aku asing terhadap keseimbangan maupun ketidakseimbangan. Dan, manakala pada
suatu malam Tuhan datang dan menyatakan kepadaku bahwa akulah sang penutup,
pada awal bulan itu. Dia berfirman kepada orang yang kala itu berada di
cakrawala tertinggi dan alam perintah.''
Meski demikian, ia berseru kepada Allah, berlindung kepada-Nya
untuk tidak dipuja oleh para pengikutnya. Pada suatu malam yang sunyi ia
memanjatkan doa, ''Rabb, aku pernah meminta-Mu untuk mengizinkan hamba-Mu agar
tetap tersembunyi hingga akhir zaman. Rabb, aku meminta-Mu untuk melindungiku
dari segala pemujaan terhadapku.'' rid/berbagai sumber
Karisma Sang Penutup Kewalian Muhammad
''Akulah anggrek yang merekah dan panen yang melimpah. Kini, angkatlah tabirku dan bacalah apa yang tertera dalam tulisanku. Apa pun yang engkau lihat pada diriku, tuliskan dalam bukumu dan ajarkan kepada semua sahabatmu.''
Pernyataan Ibn Arabi di atas adalah sebuah ajakan kepada siapa pun untuk menerima ajaran-ajarannya, kemudian menularkannya kepada orang-orang yang membuka diri. Apa yang ia cita-citakan itu menjadi nyata. Karya-karya agungnya telah menyebar ke hampir seluruh dunia Islam dan Barat sampai saat ini.
Karisma Sang Penutup Kewalian Muhammad
''Akulah anggrek yang merekah dan panen yang melimpah. Kini, angkatlah tabirku dan bacalah apa yang tertera dalam tulisanku. Apa pun yang engkau lihat pada diriku, tuliskan dalam bukumu dan ajarkan kepada semua sahabatmu.''
Pernyataan Ibn Arabi di atas adalah sebuah ajakan kepada siapa pun untuk menerima ajaran-ajarannya, kemudian menularkannya kepada orang-orang yang membuka diri. Apa yang ia cita-citakan itu menjadi nyata. Karya-karya agungnya telah menyebar ke hampir seluruh dunia Islam dan Barat sampai saat ini.
Ibn Arabi lahir di Murcia, Spanyol Islam, pada 17 Ramadhan 560 H,
bertepatan dengan 28 Juli 1165, dengan nama Abu Bakr Muhammad ibn al-'Arabi
al-Hatimi al-Tai. Sejak kecil tanda-tanda keistimewaan sang Muhyiddin
(Penghidup Agama) telah tampak. Karena itu pula, ia sering dipanggil dengan
nama Muhyidin Ibn Arabi.
Pada satu ketika di kota Sevilla, ia sedang bermain bersama teman-temannya, tiba-tiba Ibn Arabi kecil mendengar suara yang memanggilnya, ''Hai Muhammad, bukan untuk ini kamu diciptakan.'' Karena suara itu, ia menjadi gelisah.
Ia melarikan diri dan menyendiri untuk beberapa hari di sebuah tempat pekuburan. Di situlah ia mengalami tiga musyahadah yang mempunyai pengaruh besar dalam perkembangan spiritualnya. Konon, Ibn Arabi telah bertemu Nabi Isa, Musa, dan Muhammad, yang mengasah kualitas spiritualnya.
Karena pengalaman dan kedalaman spiritualnya itu, Guru Teragung ini meyakini dirinya sebagai Penutup Kewalian Muhammad. Dalam karyanya, al-Futuhat al-Makkiyyah, ia menuturkan memperoleh pengetahuan dari Tuhan dengan cara begitu saja, karena pintu-pintu ilmu pengetahuan telah terbuka baginya. Ketika pintu telah terbuka, ia menemukan dirinya telah mewarisi seluruh ilmu pengetahuan Muhammad.[15]
Ibnu Arabi mengatakan, ''Kekasih Tuhan akan meneruskan warisan Muhammad. Di antara wali-wali Tuhan adalah pewaris Ibrahim, Musa, dan Isa. Hal itu terus berlangsung hingga ada Penutup Muhammad.' '
Dalam salah satu syair pendeknya, Ibn Arabi mengungkapkan masalah ini. ''Kuwarisi Muhammad dan kuwarisilah segalanya.''[16]
Pada satu ketika di kota Sevilla, ia sedang bermain bersama teman-temannya, tiba-tiba Ibn Arabi kecil mendengar suara yang memanggilnya, ''Hai Muhammad, bukan untuk ini kamu diciptakan.'' Karena suara itu, ia menjadi gelisah.
Ia melarikan diri dan menyendiri untuk beberapa hari di sebuah tempat pekuburan. Di situlah ia mengalami tiga musyahadah yang mempunyai pengaruh besar dalam perkembangan spiritualnya. Konon, Ibn Arabi telah bertemu Nabi Isa, Musa, dan Muhammad, yang mengasah kualitas spiritualnya.
Karena pengalaman dan kedalaman spiritualnya itu, Guru Teragung ini meyakini dirinya sebagai Penutup Kewalian Muhammad. Dalam karyanya, al-Futuhat al-Makkiyyah, ia menuturkan memperoleh pengetahuan dari Tuhan dengan cara begitu saja, karena pintu-pintu ilmu pengetahuan telah terbuka baginya. Ketika pintu telah terbuka, ia menemukan dirinya telah mewarisi seluruh ilmu pengetahuan Muhammad.[15]
Ibnu Arabi mengatakan, ''Kekasih Tuhan akan meneruskan warisan Muhammad. Di antara wali-wali Tuhan adalah pewaris Ibrahim, Musa, dan Isa. Hal itu terus berlangsung hingga ada Penutup Muhammad.' '
Dalam salah satu syair pendeknya, Ibn Arabi mengungkapkan masalah ini. ''Kuwarisi Muhammad dan kuwarisilah segalanya.''[16]
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Syair merupakan bentuk karya sastra yang berbentuk prosa, secara
etimologi (istilah), syair merupakan bentuk karya sastra yang berasal dari
bahasa Arab yaitu dari kata (ا اشعر ) yang berarti
mengetahui atau merasakan. Sedangkan pengertian syair secara terminologi (bahasa) yaitu cerita
bersajak (tiap-tiap sajak terdiri atas empat baris yang berakhiran bunyi yang
sama.) adapun pelantun dan pengarang syair disebut pujangga.
Berdasarkan sepengetahuan kami, bahwa syair
itu terbagi menjadi tiga, yaitu:
a. Syair Panji
b. Syair Romantis
c. Syair Agama
Islam merupakan agama yang rahmatan lilalamin oleh
sebab itu Islam menginginkan agar
umatnya memilih mana yang hak mana yang bathil dalam hal syair islam Islam
membrikan toleransi selama isi dan kandungan sebuah syair tidak melanggar etika
dan norma agama maka hukum bersyair adalah boleh. Tetapi apabila isi dan
kandungan syair terdapat kata-kata yang erotis atau membuat nafsu sex
meningkat, bahkan melipakan Allah SW, maka hukum syair adalah haram.
Terdapat tokoh-tokoh para penyair muslim yang sangat
terkenal dengan syairnya, mulai dari Iqbal, yang lahir di India kemudian ada
Omar Khayaman, Jalaludin rumi dan Ibnu Arabi yang lahir di Bagdhad.
DAFTAR PUSTAKA
Hartati,
Bahasa Indonesia untuk kelas X, Grapindo, Bandung.1996.
Muchlas Shodikin,Syair dan Para Pujangga Muslim,Mizan,Bandung.2003.
Moedji Raharto, Islam dan kebudayaan Indonesia,Yayasan
Festival Istiqlal, Jakarta,1993.
Muhammad Nashirudin Al-Albani, Ringkasan Shahih Muslim, Gema
Insani, Jakarta. 2005
Mukti Ali, Alam pikiran Islam,Mizan, Bandung, 1995..
Muslich Sabir,400 Hadist pilihan, Al-Maarif, Bandung,
1982
Poerwadarminta, Kamus umum Bahasa Indonesia,Balai Pustaka:Jakarta.2003
Qasim Tarmana
Ahmad, Minassunah annabawiyah,Tri Genda karya, 1994
Racmat Syafe’i, Al-Hadist, Pustaka Setia,2000
Sidi Gaza’ba, Ilmu dan Islam,Mulza Djakarta, Djakarta, 1969.
Zaki al-abidin, Ringkasan Shahih muslim(penerjemah sinqithy),
Mizan Pustaka, Bandung,
2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar