teknologi

SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA

Rabu, 20 Maret 2013

tingkah laku terpuji dan tercela



Tingkah Laku Terpuji dan Tercela
Makalah  ini diajukan pada tanggal 13 Maret 2013 dalam  rangka  memenuhi  tugas kelompok pada mata kuliah Hadis I dan pembelajarannya yang dibina oleh Drs. Maslani, M.Ag. dan Wahyu Hidayat, M.Ag di jurusan Pendidikan Agama Islam  semester dua fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung













 





Disusun oleh:
Ahmad Zaenudin (1122020174)
Agus Suryana (1122020167)
Agus Wahyu Fauzi (1122020168)
Dewi Hartika (1122020196)


BANDUNG
2013 M/1434 H


KATA PENGANTAR
بِسْمِ١للهِ١لرّحْمنِ١لرَّحِيْمِ
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah SWT Tuhan semesta alam beserta isinya yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta izin sehingga penulis dapat  menyelesaikan Makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Hadis 1 dan Pembelajarannya yang dibina oleh Drs. Maslani, M.Ag. dan Wahyu Hidayat, M.Ag.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan Makalah ini. Semoga Allah SWT membalasnya dengan kebaikan yang berlipat ganda. Aamiiin. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca. Kami sangat mengharapkan saran dan kritik  yang bersifat membangun guna menjadi bahan perbaikan di masa yang akan datang.

                                                                        Bandung, 13 Maret 2013

                                                                                                                                                                                                                                          Penulis






DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................     
DAFTAR ISI ................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN............................................................................
     1.1. Latar Belakang Masalah.....................................................................
     1.2. Rumusan Masalah...............................................................................
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................
     2.1. Pengertian Sikap Terpuji dan Tercela.................................................
2.1.1.      Pengertian Sikap Terpuji........................................................
2.1.2.      Pengertian Sikap Tercela........................................................
     2.2. Contoh-contoh Sikap Terpuji dan Tercela..........................................
     2.3. Pentingnya Kejujuran dalam Kepribadian Seorang Muslim...............
     2.4. Larangan Berburuk Sangka................................................................
     2.5. Bentuk-bentuk Prilaku Terpuji Pada Seorang Remaja.......................
BAB III PENUTUP......................................................................................
     3.1. Simpulan.............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................            




BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama yang benar. Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW untuk meluruskan aqidah dan akhlak umat manusia. Islam mengajarkan kita bagaimana berprilaku terpuji, baik dalam hidup bermasyarakat maupun dalam bernegara seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW adalah suri tauladan yang baik yang patut dicontoh dan diikuti oleh umatnya. Seperti yang kita ketahui Rasulullah SAW memiliki sifat-sifat terpuji yaitu: siddiq (benar), amanah (terpercaya), tabligh (menyampaikan) dan Fatonah (cerdas).
Namun pada kenyataannya di zaman sekarang ini banyak sekali kita melihat orang yang beragama islam tetapi prilakunya tidak mencerminkan seorang muslim. Contohnya melakukan tindakan korupsi, kebiasaan mencontek yang dilakukan pelajar pada saat ujian, berprasangka buruk terhadap orang lain. Perbuatan-perbuatan tersebut termasuk kedalam perbuatan tercela yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah para remaja, karena  remaja-remaja pada saat ini cenderung terpengaruh oleh buduya-budaya luar. Contonya: dalam berpakaian, tingkah laku, khususnya bagi remaja putri banyak sekali kita melihat diluar sana remaja-remaja putri yang tidak menutup auratnya dalam berpakaian, seperti tidak menggunakan jilbab pada saat keluar rumah, menggunakan pakaian yang serba ketat, memakai rok mini, sehingga bisa menimbulkan fitnah. Kemudian dari segi pergaulan, remaja saat ini banyak sekali kita melihat pergaulannya yang tidak mencerminkan akhlak terpuji, seperti: mengkonsumsi narkoba, melakukan sex bebas, tauran dan lain sebagainya. Padahal mereka beragama islam tetapi prilakunya tidak mencerminkan sebagai seorang muslim.
Itulah yang menjadi pokok permasalahan saat ini bagaimana caranya genesasi-generasi penerus bangsa ini bersikap dan berprilaku akhlakul karimah yang dicintohkan oleh Rasulullah SAW. Karena dengan akhlak yang terpuji manusia akan mendapatkan derajat yang tinggi, baik dimata Allah SWT ataupun dengan sesama manusia. Begitu juga sebaliknya, dengan berakhlak tercela manusia akan hina derajatnya disisi Allah SWT dan dihadapan manusia. 
1.2. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang apa saja yang termasuk kedalam sikap-sikap terpuji dan tercela, dan bagaimana sikap seorang muslim dalam hidup bermasyarakat yang sesuai dangan ajaran islam yang ada pada hadis Rasulullah SAW. Maka dari itu, di dalam makalah ini penulis akan merumuskan masalahnya sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud dengan sikap terpuji dan tercela?
2.      Apa saja contoh dari sikap terpuji dan tercela itu?
3.      Mengapa pentingnya kejujuran dalam kepribadian seorang muslim?
4.      Mengapa berburuk sangka harus dijauhi dalam kehidupan bermasyarakat?
5.      Bagaimana bentuk dan prilaku akhlak terpuji seorang remaja muslim?






BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Pengertian Sikap Terpuji dan Tercela
1.      Pengertian Sikap Terpuji
Akhlak terpuji ialah sikap atau perilaku baik dari segi ucapan ataupun perbuatan yang sesuai dangan tuntunan ajaran islam dan norma-norma aturan yang berlaku.[1] Akhlak terpuji adalah akhlak yang baik, diwujudkan dalam bentuk sikap, ucapan dan perbuatan yang baik sesuai dengan ajaran islam. Akhlak terpuji yang ditujukan kepada Allah SWT berupa ibadah, dan kepada Rasulullah SAW  dengan mengikuti ajaran-ajarannya, serta kepada sesama manusia dengan selalu bersikap baik kepada sesama.[2] Akhlak terpuji adalah akhlak yang meningkatkan derajat seseorang di sisi Allah SWT dan juga dalam pandangan manusia.[3] Memiliki akhlak yang baik atau akhlak mulia bagi setiap manusia adalah suatu hal yang sangat penting. Karena dimanapun kita berada, apapun pekerjaan kita, akan disenangi oleh siapa pun. Artinya, akhlak menentukan baik buruknya seseorang di hadapan sesama, karena Rasulullah SAW pun diutus kedunia ini untuk menyemprnakan akhlak manusia.
Dari pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa yang dimaksud dengan akhlak terpuji adalah sikap atau perbuatan seorang muslim baik dari segi ucapannya ataupun perbuatannya yang tidak melanggar dari apa yang telah dicontohkan Rasulullah SAW  dan ajaran-ajaran islam.

2.      Pengertian Sikap Tercela
Sikap tercela atau Akhlaqul Madzmumah dapat juga disebut dangan istilah akhlaqus  sayyi’ah, artinya sikap dan prilaku yang dilarang oleh allah SWT atau tidak sesuai dangan syari’at yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Untuk itu sikap dan prilaku semacam ini harus di tinggalkan oleh siapa pun yang ingin menjadi umat Nabi Muhammad SAW.[4] Prilaku tercela adalah suatu perbuatan yang hukumnya haram bagi yang melakukan perbuatan itu (perbuatan tercela) karena dapat merusak hubunganya dengan Rabbinya maupun sesama manusia.[5]  Perbuatan semacam ini, seharunya kita selaku ummat Nabi Muhammad SAW tidak melakukanya karena prilaku ini tidak pernah dicontohkan oleh beliau sebagai tauladan dalam hidup kita.
Jadi, yang dimaksud dangan prilaku tercela itu adalah sikap dan perbuatan seorang muslim yang tidak sesuai dengan norma-norma dalam ajaran islam, baik dari segi ucapan atau perbuatannya. Sehingga tidak mencerminkan pribadi seorang muslim yang berakhlakul karimah.

2.2.Contoh-Contoh Sikap Terpuji dan Tercela
Ada beberapa contoh sikap terpuji yang harus dimiliki dan diamalkan oleh setiap orang terutama bagi seorang muslim, diantaranya:
  1. Amanah (dapat dipercaya)
Amanah merupakan salah satu sifat terpuji yang di miliki oleh Rasulullah SAW yang harus di contoh oleh kita selaku umatnya. Sifat dapat dipercaya artinya menyampaikan amanat kepada orang yang berhak menerimanya tanpa di lebih-lebihkan atau di kurangi.
  1. Shidiq (benar)
Shidiq juga merupakan salah satu sifat terpuji yang dimiliki Rasulullah SAW. Dalam kehidupan sehari-hari shidiq dapat diartikan jujur. Seorang muslim harus bersikap jujur dalam setiap ucapan atau perbuatan, karena kejujuran merupakan salah satu kunci dari kesuksesan.
  1. Adil
Adil adalah memberikan setiap hak kepada pemiliknya tanpa pilih kasih atau membeda-bedakan.[6]  Sebagai muslim yang bijak, apabila ia mempunyai posisi sebagai pemimpin, maka hendaklah ia bersikap adil dan harus berupaya sekuat tenaga untuk selalu menegakkan keadilan. Seperti contohnya khalifah Umar bin Khattab yang begitu adil dan bijaksana dalam menegakkan hukum syari’at Islam, beliau tidak pernah memandang sebelah mata ataupun diskriminasi terhadap rakyatnya.
  1. Memaafkan
Kita sebagai seorang muslim harus menyadari bahwa siapa pun sebagai manusia pasti mengalami kesalahan dan kekhilafan. Untuk itu, dalam menjalani kehidupan sehari-hari hendaknya kita selalu memiliki jiwa yang lapang dan berhati besar sehingga mudah memaafkan kesalahan-kesalahan yang diperbuat oleh orang lain.[7]
  1. Tolong-Menolong
Tiada ada manusia yang dapat hidup berdiri sendiri, tanpa memerlukan bantuan orang lain walaupun setinggi apapun jabatan yang dimilikinya dan sekaya apapun harta yang dimilikinya. Setiap manusia yang hidup di dunia ini pasti membutuhkan pertolongan orang lain. Oleh karena itu islam sangat menganjurkan kepada umatnya agar saling tolong-menolong dengan sesama, baik berupa materi, tenaga atau pikiran.
  1. Kerja Keras
Di dunia ini tidak ada kesuksesan tanpa adanya usaha, tidak ada yang bersifat bim salabim, hanya dengan membalikan telapak tangan, melaikan semuanya harus melalui proses sebab akibat dan itu merupakan sunnatullah. Kesuksesan dapat diraih dengan cara berusaha dan bekerja keras. Karna sesungguhnya Allah menyukai hambanya yang mau bersungguh-sungguh dalam mengerjakan segala amal kebaikan. Pada hakikatnya tidak ada perubahan tanpa pergerakan atau usaha yang ia lakukan, karena Allah SWT tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga ia merubahnya sendiri.
  1. Islakh
Yang dimaksud islakh disini adalah usaha mendamaikan antara dua orang atau lebih yang bertengkar atau bermusuhan, atau mendamaikan dari hal-hal yang dapat menimbulkan peperangan dan permusuhan. Islam diturunkan oleh Allah sebagai rahmat (kedamaian) bagi seluruh alam. Untuk itu siapa pun insan yang mengaku sebagai muslim harus selalu berusaha memancarkan rahmat, yang di antaranya dapat berupa mendamaikan seorang manusia yang sedang bertikai atau bermusuhan. karena dengan perdamaian itu akan lahir kesadaran. Dengan kesadaran ia akan mengakui segala kekhilafan dan kealpaan.[8]
  1. Silaturrahim
Istilah silaturrahim tersusun dari kata sillah (menyambung) dan rahimi (tali persaudaraan). Adapun maksudnya adalah usaha untuk menyambung, mengikat, dan menjalin kasih sayang atau tali persaudaraan antara sesama manusia, terutama dangan sanak keluarga (kerabat). Manusia pertama di alam semeata ini adalah Nabi Adam As dan Siti Hawa. Untuk itu semua manusia di muka bumi ini pada hakekatnya adalah saudara. Maka dari itu kita sebagai umat islam, marilah kita jalin silaturrahim agar terciptanya tali persaudaraan antar sesama muslim.[9]
 Di dalam kehidupan ini banyak sekali kita menjumpai perilaku tercela yang dapat merusak akhlak dan kepribadian diri seseorang dan juga merugikan orang lain, diantaranya:
  1. Ghibah
Ghibah menurut bahasa artinya umpat atau pergunjingan. Sedangkan menurut istilah yang dimaksud dengan ghibah adalah menyebut atau memperkatakan perihal seseorang ketika seseorang itu tidak hadir dan ia tidak menyukai atau membencinya, seandainya perkataan tersebut sampai kepadanya.[10]
  1. Riya
Riya secara bahasa artinya menampakan atau memperlihatkan. Sedangkan menurut istilah yang dimaksud dengan riya adalah menampakan atau memperlihatkan amal perbuatan supaya mendapatkan pujian dari orang lain. Riya ini dapat disebut syirik ashghar (syirik kecil), karena menunjukkan atau mencari sesuatu bukan kepada Allah SWT.[11]
  1. Ujub
Yang dimaksud dengan ujub adalah perasan bangga yang berlebih-lebihan atas segala kemampuan dan kekayaan yang dimilikinya serta merasa bahwa semua itu semata-mata prestasi dari hasil kerja keras yang telah dilakukannya.[12]
  1. Takabur
Takabur secara bahasa artinya membesarkan diri atau menganggap dirinya lebih dibandingkan dengan orang lain. Sedangkan menurut istilah yang dimaksud dengan takabur adalah suatu sikap mental yang menganggap  rendah orang lain sementara ia menganggap tinggi dan mulia terhadap dirinya sendiri.[13]
  1. Namimah
Menurut bahasa namimah artinya adu domba. Sedangkan menurut istilah yang dimaksud dengan namimah adalah memindahkan perkataan seseorang kepada orang lain dengan tujuan merusak hubungan. Namimah dilarang karena akan merusak hubungan persaudaraan. Kalau terjadi putusnya hubungan persaudaraan, maka akan menimbulkan hal-hal yang bersifat negatif, baik yang langsung maupun tidak langsung terhadap sesama manusia lainnya.[14]
  1. Thama’
Thama’ menurut bahasa artinya berlebih-lebihan. Sedangkan menurut istilah yang dimaksud dengan thama’ adalah suatu sikap untuk memiliki hal-hal yang bersifat duniawi secara berlebih-lebihan.[15] Hidup di dunia ini hanya sementera, tidak ada yang abadi, artinya semua yang ada di dunia ini pasti akan musnah, termasuk harta yang kita miliki. Akhirat adalah tempat kehidupan yang abadi, artinya tidak ada lagi kehidupan setelah akhirat. Maka dari itu janganlah kita terlalu berlebih-lebihan dalam mencari harta atau terlalu mementingkan kehidupan duniawi, tetapi kita harus memperbanyak bekal untuk menuju kehidupan di akhirat dengan cera beribadah dan beramal shaleh. Untuk itu setiap manusia harus mampu bersikap sederhana dalam hal-hal yang bersifat duniawi agar tidak terjebak kedalam kebinasaan dan kerugian di akhirat kelak.
  1. Mubadzir
Yang dimaksud mubadzir disini adalah sikap mempergunakan sesuatu secara berlebih-lebihan dengan tidak mempertimbangkan kadar kecukupan sehingga menimbulkan kesia-siaan.[16] Di dalam islam sikap mubadzir dilarang karena mengandung unsur sia-sia terhadap suatu nikmat yang diberikan Allah SWT. Semua nikmat yang telah diberikan Allah SWT kelak akan dimintai pertanggung jawabannya. Maka untuk itu segala kenikmatan yang diberikan Allah SWT kepada kita, harus di syukuri dan dipergunakan secara efektif dan efisien.
  1. Su’udzan
Su’udzan artinya berburuk sangka. Sikap buruk sangka ini sangat di larang dalam islam dan harus di jauhi, karna akan merusak hati dan kepribadian seorang muslim dalam kehidupan bermasyarakat. 

  1. Bakhil
Secara bahasa bakhil diartikan kikir. Sedangkan menurut istilah bakhil adalah suatu sikap mental yang enggan mengeluarkan harta atau lainnya kepada orang silain yang membutuhkannya, sementara dirinya berkecukupan atau berlebihan. Orang yang bersikap bakhil berarti ia egois, hanya mementingkan dirinya sendiri, tidak memiliki kepedulian dan rasa kasih sayang terhadap orang lain.[17]

2.3.Pentingnya Kejujuran dalam Kepribadian Seorang Muslim
Dari contoh-contoh akhlak terpuji yang disebutkan di atas. Penulis  akan membahas lebih jauh lagi dari salah satu diantaranya yaitu mengenai pentingnya kejujuran dalam kepribadian seorang muslim.
Jujur merupakan salah satu sikap yang dimiliki oleh Rasulullah SAW yang disebut dengan Shiddiq (benar). Dalam prilaku kehidupan sehari-hari shiddiq dapat diartikan jujur. Jujur yang dimaksud disini adalah jujur dalam arti menyeluruh, maksudnya bukan hanya dalam ucapan tetapi juga meliputi jujur dalam setiap tindakan.[18] Jujur didefinisikan sederhananya adalah murni, apa adanya. Bersikap apa adanya artinya tidak dibuat-buat. Berkata jujur artinya mengatakan sesuatu tidak dilebih-lebihkan juga tidak dikurangi.[19] Mengenai pentingnya kejujuran dalam kepribadian seorang muslim, Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِنَّ الصِّدْقَ بِرٌّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِنَّ الْكَذِبَ فُجُورٌ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ كَذَّابًا (متفق عليه)
Artinya: “Dari Ibnu Mas’ud ra. Berkata, Rasulullah saw. Bersabda: “sesungguhnya shidiq (kejujuran) itu membawa kepada kebaikan, Dan kebaikan itu membawa ke surga. Seseorang akan selalu bertindak jujur sehingga ia ditulis di sisi  Allah swt sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya dusta itu membawa kepada kejahatan, dan kejahatan itu membawa ke neraka. Seseorang akan selalu berdusta sehingga ia ditulis di sisi Allah swt sebagai pendusta”. (Muttafaqun ‘Alaih).
Asbabul Wurud hadis diatas ialah  As Aswad ibnu Ashram menceritakan : “Aku membawa unta yang gemuk badannya ke Madinah pada saat musim kurang subur dan keadaan tanah panas kering. Maka aku akan sebutkan mengenai unta itu kepada Rasulullah SAW dan kemudian beliau menyuruh seseorang melihatnya. Maka unta itu dibawa kepada beliau. Beliau keluar rumah untuk melihatnya. Beliau bersabda : “ mengapa engkau giring untamu ini kesini ?”. Aku  menjawab : “ Aku ingin unta ini sebagai pelayan keperluanku”. Beliau bertanya lagi : “ untuk melayani siapa unta tersebut ?”. Usman ibnu Affan menjawab : “Untuk  melayani keperluan saya wahai Rasulullah” . Beliau bersabda : “Bawalah kesini”. Maka unta itu dibawa dan aku mengikutinya, sedangkan Rasulullah SAW menambatkan pula untanya. Maka aku berkata: “wahai Rasulullah SAW menambatkan pula untanya. Maka aku berkata : “Wahai  rasulullah aku wasiat (pesan keagamaan – pent). Beliau bersabda: “apakah engkau dapat menguasai lidahmu ?” . Aku  menjawab : “Bagaimana aku memiliki jika aku tidak menguasai lidahku ?”. Beliau bertanya : “ Apakah engkau menguasai tanganmu ?”.  aku  Menjawab : Bagaimana aku memiliki jika aku tidak menguasai tanganku?”. Beliau bersabda : “janganlah lidahmu mengucapkan sesuatu melainkan kebaikan, dan janganlah engkau bentangkan tanganmu melainkan untuk kebaikan.”(HR. Bukhari).
Biografi Perawi: Abdullah Ibn Mas’ud Ibn Habib Al-Hadly, nama kunyahnya adalah Abu Abdurrahman. Ia masuk Islam di Mekah, pernah hijrah ke Habsyi kemudian hijrah ke Madinah, dan menyaksikan Perang Badar, Bay’ah Ar-Ridlwan, serta pernahsalat menghadap dua kiblat. Rasulullah SAW, menghormatinya dan memberikan kabar gembira dengan sabdanya bahwa beliau SAW, rida terhadap apa-apa yang diridai Ibnu Ummu Abd (Abdullah Ibn Mas’ud) dan membenci apa-apa yang dibencinya.
Pada masa Khalifah Umar Ibn Khatab dan Utsman, ia menjadi qadhi di Kuffah dan penanggiung jawab bait al-mal, kemudian kembali ke Madinah dan meninggal di kota tersebut. Akan tetapi, menurut sebagian riwayat, ia meninggal di Kuffah pada Tahun 32 H, dalam usia lebih dari 60 Tahun. Ia telah meriwayatkan 848 hadis. Sebanyak 40 hadis disepakati oleh Bukhari dan Muslim, Imam Bukhari sendiri dalam 21 hadis, dan Muslim sendiri dalam 35 hadis.
 Hadis di atas menunjukkan agungnya perkara kejujuran yang pada akhirnya akan membawanya kedalam surga dan mendapat gelar yang sangat terhormat, yaitu siddiq, artinya orang yang sangat jujur dan benar. Sehingga dalam Al-Quran disebutkan bahwa orang yang selalu jujur dan selalu menyampaikan kebenaran dinyatakan  sebagai orang yang bertakwa:
والذي جاء باالصدق وصدق به اولئك هم المتقونز ( الزمر : 33 )
Artinya: “Orang-orang yang datang menyampaikan kebenaran dan melakukannya (kebenaran itu), mereka inilah orang-orang yang taqwa” (Q.S. Az-Zumar: 33). Begitu juga sebaliknya kedustaan akan menunjukkan pada keburukan yang membawanya kedalam neraka. Karena ketika seseorang itu sudah berani berdusta, maka ia akan terus-menerus berdusta. Oleh karena itu penting adanya kejujuran yang akan membawanya pada kebaikan. Seorang muslim dianjurkan untuk selalu jujur dalam segala hal atau sepahit apapu perkara tersebut. Sehingga kejujuran itu akan menimbulkan kebenaran yang berbuah kemanisan. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:
قل الحق ولوكان مرا                                                                                 
Artinya: “Katakanlah kebenaran, walaupun (kebenaran) itu pahit”.
Jujur termasuk akhlak utama yang terbagi menjadi beberapa bagian. Kejujuran, dalam hal ini meliputi enam hal. Pertama, kejujuran lisan, lawan dari kebohongan; kedua, kejujuran niat, yakni ikhlas dalam berbuat; ketiga, kejujuran dalam bertekad, yakni apapun yang dapat menguatkan tekadnya; keempat, kejujuran dalam merealisasikan tekad yang bulat; kelima, kejujuran dalam berbuat, minimal ada kesamaan antara apa yang diucapkan dengan yang diperbuat; keenam, kejujuran spiritual, seperti jujur dalam mengaplikasikan konsep khawf (rasa takut) dan raja’ (rasa harap).[20]
Yang dimaksud jujur adalah kebenaran, yaitu sesuainya antara perkataan dan kenyataan atau I’tiqad yang ada di dalam hati. Perilaku jujur tidak hanya diwujudkan dalam ucapan tapi juga dalam hatinya dan juga dalam setiap tingkah laku dan perbuatan kita. Bahkan untuk hal yang sekecil apapun dari setiap aspek kehidupan, kita diminta untuk berlaku jujur. Kebenaran perkataan akan membawa dampak kebenaran perbuatan dan kebaikan dalam seluruh tindakan. Jadi sudah jelas hadis diatas bahwasanya sepahit apapun kebenaran itu, kita harus mengungkapkannya, karena ia akan berbuah kemanisan. Tentunya tidak ada lagi alasan bagi seseorang untuk berbohong demi kebaikan. Karena bohong tetap dikatakan bohong, begiru juga kejujuran.
Jika seseorang selalu berkata dan berbuat yang benar, maka cahaya kebenaran itu akan memancarkan kedalam lubuk hati dan pikirannya. Kejujuran ialah ketenangan hati, artinya orang yang berkata jujur dalam hidupnya akan selalu merasa tenang, karena ia sudah menyampaikan apa yang sesuai dengan realita dan ia tidak akan merasa ragu, karena ia yakin bahwa semua apa yang dilakukannya benar. Kejujuran merupakan suatu pondasi yang mendasari iman seseorang, karena sesungguhnya iman itu adalah membenarkan dalam hati akan adanya Allah. Jika dari hal yang kecil saja ia sudah terlatih untuk jujur maka untuk urusan yang lebih besar ia pun terbiasa untuk jujur.
Lawan dari kata jujur adalah bohong atau dusta. Tidak sedikit orang yang menganggap sepele akan bahayanya dusta. Banyak orang yang melakukan dusta dan berpura-pura sewaktu mereka bergurau dan berkelakar, padahal dengan kebiasaan itu lama-kelamaan akan menjadi terbiasa hingga akan membudaya. Oleh karena itu sebaiknya kita usahakan untuk menghindarkan dan menjauhi sikap berdusta, sebab hal itu merupakan penyakit yang sangat membahayakan pribadi kita dan orang lain akan menilai kita sebagai orang yang tidak jujur. Padahal untuk menjadi orang jujur itu sendiri amatlah berat kalau tidak dilatih secara tekun. Hingga bung Hatta pernah berkata ”Kurang cerdas dapat di perbaiki dengan belajar, kurang cakap bisa dihilangkan dengan pengalaman. Tetapi kurang jujur payah untuk memperbaikinya.” Sekali engkau berdusta dan diketahui orang lain,”  kata Aristoteles, “maka orang tidak akan percaya lagi kepadamu di waktu engkau berkata benar.”[21] Akan tetapi dalam kenyatanyaan banyak orang yang tidak bisa berbuat jujur, baik dari segi ucapan ataupun perbuatannya. Diantara contohnya yaitu perbuatan pejabat yang korupsi (koruptor) dan kebiasaan pelajar mencontek dikelas. Sehingga sama sekali tidak mencerminkan pribadi seorang muslim.
Korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatannya guna meraih keuntungan pribadi dan merugikan kepentingan umum.[22] Di Indonesia korupsi merupakan permasalahan besar yang sampai saat ini belum bisa dituntaskan, karena sudah membudaya dan mendarah daging. Korupsi itu merupakan perbutan tidak jujur karna didalamnya banyak terdapat kebohongan-kebohongan publik yang merugikan berbagai pihak.
Begitu juga dengan kebisaan mencontek yang dilakukan seorang pelajar pada saat ujian. Mencontek merupakan perbuatan tidak jujur dan tidak percaya diri terhadap kemampuan dirinya. Perbuatan mencontek akan berdampak pada buruk pada generasi bangsa ini karna hanya mengandalkan kemampuan orang lain, sementara dirinya tidak mau berusaha untuk meningkatkan kemampuannya sendiri. Apabila kebiasa mencontek ini tidak diatasi dari sekarang, maka kedepannya generasi bangsa ini akan bodoh dan terbelakang. Itulah pentingnya berprilaku jujur dalam kehidupan bermasyarakat dan negara, karena maju dan mundurnya suatu negara tergantung pada generasi-generasi penerusnya. Oleh karena itu, kita sebagai generasi penerus bangsa marilah kita biasakan berprilaku jujur baik dalam ucapan ataupun perbuatan kita, karena kejujuran akan membawa kita kepada kebaikan dunia dan akhirat.
2.4.Larangan Berburuk Sangka
حَدِيْثُ أَبِي هُرَيْرَةَ ر.ض : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص.م قَالَ: إِيَّاكُمْ وَالظَّنِّ، فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيْثِ. وَلاَ تَحَسَّسُوْا، وَلاَ تَجَسَّسُوْا، وَلاَ تَنَاجَشُوْا، وَلاَ تَحَاسَدُوْا، وَلاَ تَبَاغَضُوْا، وَلاَ تَدَابَرُوْا، وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا. 
أ)خرجه البخارى في: 78. كتاب الأدب(

Artinya:  Abu Hurairah r.a berkata, Rasulullah SAW, bersabda, ”Berhati-hatilah kalian dari buruk sangka sebab buruk sangka itu sedusta-dusta cerita (Berita), jangan menyelidiki, jangan memata-matai (mengamati) kesalahan orang lain, jangan tawar-menawar untuk menjerumuskan orang lain, jangan hasut-menghasut jangan benci-membenci,  jangan belakang-membelakangi dan jadilah kalian sebagai hamba Allah itu saudara.” (Dikeluarkan oleh Bukhari dalam (78) kitab “Al-Adab “ (62) bab ;”Hijrah dan sabda Rasulullah SAW. ‘Tidak dihalalkan bagi seorang laki-laki (seseorang) menjauhi saudaranya lebih dari tiga hari’).[23]

Dalam riwayat yang lain; “Janganlah saling memutuskan hubungan, janganlah saling memusuhi, janganlah saling membenci dan mendengki, dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang saling bersaudara.” Dalam suatu riwayat lainnya,”Janganlah saling menjauhi dan janganlah sebagian kalian menjual atas penjualan saudaranya.” Semua riwayat di atas diriwayatkan oleh muslim dan sebagian besarnya juga diriwayatkan oleh al-Bukhairi. Pengesahan hadis; diriwayatkan oleh Al-Bukhairi (VIII/198-199-Fath) dan Muslim (2563, 2564).
     Asbabul wurud hadis ini ialah pada suatu ketika, seorang pemuda yang bernama Yahya Ibnu Bukair menceritakan dari sahabat Laits dari Ja’far Ibnu Rabi’ah dari A’raj bahwa Abu Hurairah suatu saat bersama Rasulullah SAW dan berliau berkata kepadanya dan kepada para sahabat lainnya. Yaitu, mengenai larangan berprasangka buruk. “Jauhilah olehmu prasangka karena sesungguhnya itu adalah perkataan yang paling dusta. Janganlah suka mendengarkan permbicaraan (orang yang tidak suka didengarkan), janganlah suka mencari-cari aib orang lain, dan janganlah saling bersaing (dalam masalah dunia). Janganlah pula saling mendengki, dan janganlah saling membenci, janganlah saling memusuhi, namun jadilah kalian hamba-hamba Allah yang saling bersaudara sebagaimana yang Dia perintahkan kepada kalian. Muslim yang satu adalah saudara bagi muslim yang lainnya, tidak boleh menzhaliminya, tidak boleh mengecewakannya, dan tidak boleh menghinanya. Takwa itu di sini, takwa itu di sini, “Beliau menunjuk ke dadanya.” Cukuplah seseorang dikatakan jahat apabila ia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim terhadap muslim lainnya adalah haram darahnya, kehormatannya, dan hartanya. Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk tubuh kalian, dan tidak pula rupa kalian. Akan tetapi, Dia memandang hati dan amal kalian.”
Biografi perawi hadis ini ialah Abu Hurairah, yaitu sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadist Nabi Shallallahu alaihi wassalam , ia meriwayatkan hadist sebanyak 5.374 hadis. Abu Hurairah memeluk Islam pada tahun 7 H, tahun terjadinya perang Khibar, Rasulullah sendirilah yang memberi julukan “Abu Hurairah”, ketika beliau sedang melihatnya membawa seekor kucing kecil. Julukan dari Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam itu semata karena kecintaan beliau kepadanya. Allah SWT mengabulkan do’a Rasulullah SAW agar Abu Hurairah dianugrahi hapalan yang kuat. Ia memang paling banyak hapalannya diantara para sahabat lainnya.
Pada masa Umar bin Khaththab menjadi Khalifah, Abu Hurairah menjadi pegawai di Bahrain, karena banyak meriwayatkan hadist Umar bin Khaththab pernah menetangnya dan ketika Abu Hurairah meriwayatkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wassalam :” Barangsiapa berdusta mengatasnamakanku dengan sengaja, hendaklah ia menyediakan pantatnya untuk dijilat api neraka”. Kalau begitu kata Umar, engkau boleh pergi dan menceritakan hadis. Syu’bah bin al-Hajjaj memperhatikan bahwa Abu Hurairah meriwayatkan dari Ka’ab al-Akhbar dan meriwayatkan pula dari Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam, tetapi ia tidak membedakan antara dua riwayatnya tersebut. Syu’bah pun menuduhnya melakukan tadlis, tetapi Bisyr bin Sa’id menolak ucapan Syu’bah tentang Abu Hurairah. Dan dengan tegas berkata: Bertakwalah kepada allah dan berhati hati terhadap hadist. Demi Allah, aku telah melihat kita sering duduk di majelis Abu Hurairah. Ia menceritakan hadist Rasulullah dan menceritakan pula kepada kita riwayat dari Ka’ab al-Akhbar. Kemudian dia berdiri, lalu aku mendengan dari sebagian orang yang ada bersama kita mempertukarkan hadist Rasulullah dengan riwayat dari Ka’ab. Dan yang dari Ka’ab menjadi dari Rasulullah.”. Jadi tadlis itu tidak bersumber dari Abu Hurairah sendiri, melainkan dari orang yang meriwayatkan darinya.
Cukupkanlah kiranya kita mendengar kan dari Imam Syafi’I :” Abu Hurairah adalah orang yang paling hapal diantara periwayat hadist dimasanya”. Marwan bin al-Hakam pernah mengundang Abu Hurairah untuk menulis riwayat darinya, lalu ia bertanya tentang apa yang ditulisnya, lalu Abu Hurairah menjawab :” Tidak lebih dan tidak kurang dan susunannya urut”. Abu Hurairah meriwayatkan hadist dari /abu Bakar, Umar, Utsman, Ubai bin Ka’ab, Utsman bin Za’id, Aisyah dan sahabat lainnya. Sedangkan jumlah orang yang meriwayatkan darinya melebihi 800 orang, terdiri dari para sahabat dan tabi’in. diantara lain dari sahabat yang diriwayatkan adalah Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar, Jabir bin Abdullah, dan Anas bin Malik, sedangkan dari kalangan tabi’in antara lain Sa’id bin al-Musayyab, Ibnu Sirin, Ikrimah, Atha’, Mujahid dan Asy-Sya’bi. Sanad paling shahih yang berpangkal daripadanya adalah Ibnu Shihab az-Zuhr, dari Sa’id bin al-Musayyab, darinya (Abu Hurairah). Adapun yang paling Dlaif adalah as-Sari bin Sulaiman, dari Dawud bin Yazid al-Audi dari bapaknya (Yazid al-Audi) dari Abu Hurairah. Ia wafat pada tahun 57 H di Aqiq.[24]
Dari hadis di atas dapat dipahami bahwa, buruk sangka adalah menyangka seseorang berbuat kejelekan atau menganggap jelek tanpa adanya sebab-sebab yang jelas yang memperkuat sangkanya. Dan perbuatan itu dapat membuat pelakunya mendapat dosa dari Allah SWT. Dan dapat membuat hati seseorang kotor dan itu sangat di sayangkan karna pusat kegiatan seorang ada di hati, jika hati seseorang bersih dari noda dan dosa maka seluruh anggota tubuhnya akan bersih pula namun jika hatinya kotor maka tubuhnya akan ikut ter kotori karna hati itu yang menyebarkan darah yang mengalir dari jantung ke setiap sendi-sendi dalam tubuh manusia, dan bayangkan jika darah itu telah terkotori dengan dosa dan noda. Akankah tubuh itu akan bersih dan sehat? Tentusaja tidak, karna kalau hati kita sudah terkotori oleh sifat buruk sangka maka kita tidak akan mendapatkan ketenangan hati dan jiwa.
Dalam hadis kudsi bahwasanya dari Abu Dzar Al-Ghifari ra.Rasulullah bersabda tentang apa yang beliau riwayatkan dari rabb-nya ‘Azza wa Jalla, sesungguhnya Dia berfirman: “Wahai hamba-ku, sesungguhnya aku telah mengharamkan kezaliman itu haram di antara kamu. Oleh karna itu, janganlah kamu saling menzalimi.”(H.R Muslim).
Buruk sangka itu termasuk perbuatan zalim, karna kita telah memberikan perasangka tidak baik pada sesuatu padahal sesuatu atau seseorang itu belum tentu buruk. Karna yang pantas mengadili sesuatu baik atau buruknya hanya-lah Allah semata, kita manusia sangat banyak kekurangan dalam segala hal dan bagaimana kita mengatakan sesuatu itu buruk sedangkan kita sendiri tidak tau akan kebenarannya. Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur’an yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari perasangka, sesungguhnya sebagian perasangka itu adalah dosa.”(Q.S Al-Hujurat : 12). Apalagi kalau kita berperasangka buruk pada masalah-masalah Aqidah yang harus di yakini apa adanya. Buruk sangka dalam hal ini adalah haram seperti yang telah Allah gambarkan dalam Al-Qur’an surah Al-hujurat diatas bahwasanya Allah sangat melarang hal demikian karna dapat menjerumuskan kita pada perbuatan dosa, dan perbuatan dosa itu akan di mintai pertanggung jawaban di akhirat kelak oleh Allah SWT. Oleh karena itu jauhilah sifat prasangka buruk agar kita terhindar dari kedzaliman, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat dzalim.


2.5.Bentuk-bentuk Prilaku Terpuji Pada Seorang Remaja

Masa remaja merupakan masa yang paling menyenangkan dan mengesankan. Masa remaja terjadi hanya sekali dalam seumur hidup bagi setiap orang. Oleh sebab itu, masa remaja harus diisi dengan sikap dan prilaku yang terpuji, hal-hal yang positif, yang mendorong semangat juangnya dalam meraih cita-citanya dan menegakkan syari’at-syari’at Islam.
Islam mengajarkan kepada umatnya agar dapat menjalani masa remaja dengan sikap prilaku akhlak yang mulia, sebaliknya henghindari sikap prilaku akhlak yang sesat (tercela). Dalam ajaran islam, remaja harus mengenali bentuk-bentuk prilaku akhlak terpuji dan sekaligus mengamalkannya, baik dilingkungan keluarga, sekolah maupun dikalangan  masyaraskat. Diantara bentuk-bentuk sikap prilaku akhlak terpuji remaja adalah sebagai berikut:
1.      Menghindari prilaku maksiat
Remaja boleh bergaul seluas-luasnya dangan siapa pun, baik dengan teman sejenis maupun dengan lawan jenisnya. Namun pergaulan itu tidak boleh menjurus atau mendatangkakn perbuatan maksiat yang dilarang oleh Allah SWT, Seperti melakukan sex bebas, pornografi, pornoaksi, perzinahan, narkoba, dan sebagainya. Hal tersebut harus dijauhi dari kehidupan seorang muslim, khususnya seorang remaja. Karena pada masa-masa inilah remaja berkembang pesat atau berpengaruh dalam menentukan masa depannya, “hari ini adalah gambaran untuk hari esok”. Karena dalam Hikam pun dijelaskan bahwasanya “pemuda masa kini adalah pemimpin masa depan”. [25]

2.      Menjaga nnorma-norma agama dan sosial
Hidup dimuka bum iini tidak terlepas dari norma dan aturan, baik norma agama maupun sosial kemasyarakatan. Oleh karna itu remaja harus pandai menjaga pergaulannya, agar tidak terjerumus kedalam jurang kesesatan dengan melanggar norma agama dan sosial masyarakat, seperti melakukan perbuatan asusila.[26]

3.      Selalu menjaga aurat dan tidak mengumbar syahwat
Bagi remaja putrti, menutup aurat adalah wajib hukumnya. Aurat adalah anggota tubuh seorang perempuan, kecualli muka dan telapak tangan. Seluruh aurat termasuk rambut harus ditutup di hadapan orang bukan muhrim.[27]

4.      Tidak mengumbar nafsu
Remaja cendrung ingin bebas dalam segala hal, namun sikap prilaku itu tidak baik. Sebab bebaas tanpa aturan merupakan kerusakan dan kebinasaan. Remaja harus bisa mengendalikan diri dari godaan dan dorongan hawa nafsu dengan akal sehat.[28]
5.      Selalu mendakatkan diri kepada Allah SWT
Remaja harus berusaha mendekatkan diri kepada Allah SWT, dengan cara beribadah, baik yang menjadi kewajiban ataupun yang lainnya separti membaca Al-qur’an, belajar ilmu agama, dan mengikuti berbagai pengajian. Dengan mendekatkan diri kepada allah, remaja akan mendapat bimbingan dan tuntunan dari-Nya, baik dalam sikap prilaku maupun dalam kehidupannya sehari-hari. Itu lah sikap dan prilalku yang harus di perhatikan dan di amalkan oleh setiap remaja muslim, agar menjadi remaja yang berakhlak mulia dan di cintai Allah SWT.[29] 
BAB III
PENUTUP
3.1.Simpulan
Ø  Akhlak terpuji ialah sikap atau perilaku baik dari segi ucapan ataupun perbuatan yang sesuai dangan tuntunan ajaran Islam dan norma-norma aturan yang berlaku.
Ø  Sikap Tercela atau Akhlaqul Madzmumah (akhlaqus sayyi’ah) ialah sikap dan prilaku yang dilarang oleh allah SWT atau tidak sesuai dangan syari’at yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Amanah (dapat dipercaya)
Ø  Contoh-contoh akhlak tepuji diantaranya sebagai berikut:
·         Shidiq (benar)
·         Adil
·         Memaafkan
·         Tolong-Menolong
·         Kerja Keras
·         Islakh
·         Silaturahim
Ø  Contoh-contoh akhlak tercela diantaranya sebagai berikut:
·         Ghibah
·         Riya
·         Ujub
·         Takabur
·         Namimah
·         Thama’
·         Mubadzir
·         Su’udzan
·         Bakhil
Ø  Jujur adalah kebenaran, yaitu sesuainya antara perkataan dan kenyataan atau I’tiqad yang ada di dalam hati.
Ø  Berburuk sangka (suudzan)  adalah menyangka seseorang berbuat kejelekan atau menganggap jelek tanpa adanya sebab-sebab yang jelas yang memperkuat sangkanya. Dan perbuatan itu dapat membuat pelakunya mendapat dosa dari Allah SWT.
Ø  Bentuk-bentuk            Prilaku Terpuji Pada Seorang Remaja
·         Menghindari prilaku maksiat
·         Menjaga nnorma-norma agama dan social
·         Selalu menjaga aurat dan tidak mengumbar syahwat
·         Tidak mengumbar nafsu
·         Selalu mendakatkan diri kepada Allah SWT

















DAFTAR PUSTAKA
Abdul Baqi, Muhammad Fu’ad.1993. Al-lu’lu Wal Marjan. Semarang: Al-Ridha.
Adib, Ahmad Al Arif. 2009.  Akidah Akhlak. Semarang: CV. Aneka Ilmu.
Asrori,Mizan. Hadits Al-Arba’linan Nawawiyyah. Surabaya: CV.Karya Utama.
Asy-Syirbaany,Ridwan. Membentuk Pribadi Lebih Islam. Jakarta: Intimedia.
Asyuk, Abdul Ghoni. 1992. Kumpulan Hadits-hadits Pilihan Bukhari Muslim. Bandung: Husaini Bandung.
Hasan, Ahmad. 1972. Tarjamah Bulughul Maram. Bandung: CV Diponegoro.
Juwariyah. 2010.  Hadis Tarbawi. Yogyakarta: Teras.
L.T, Takhirudin 1996.  Pribadi-prbadi yang berpengaruh. Bandung: PT Alma’arif.
Muhammad, Ahmad Yusuf.  2009. Ensiklopedi Tematis Ayat Al-Qur’an dan Hadits, Jakarta: widya cahaya.
Nawawi, Imam. 1999.  Riyadhus Shalihin, Terj. Ahmad Sunarto. Jakarta: Pustaka Imani.
Sy, Ahmad Wahid. 2008. Akidah Akhlak MadrasahTsanawiyah kelas IX. Bandung: CV. Armico.
Syafe’i,  Rachmat. 2000. AL-HADIS (Aqidah, Akhlak, Sosial dan Hukum). Bandung: CV PUSTAKA SETIA.
Tafsir, Ahmad. 2009. Pendidikan Budi Pekerti. Bandung: Maestro.
Ubaedillah, A. 2000. Pendidikan Kewargaan. Jakarta: ICCE UIN Syarief Hidayatullah Jakarta.
Ummatin, Khoiro. 2006.  40 Hadits Shahih Pedoman Membangun Hubungan Bertetangga. Yogyakarta: Pustaka Pesantren.


[1] H.A. Wahid Sy. Akidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah kelas IX. (Bandung: CV. Armico. 2008). Hal.80.
[2] Ahmad Abid Al-Arif.  Akidah Akhlak.(Semarang: CV. Aneka Ilmu. 2009).
[3] Prof.DR.H. Rachmat Syafe’i, M.A. AL-HADIS (Aqidah, Akhlak, Sosial dan Hukum). (Bandung: CV PUSTAKA SETIA. 2000). Hal. 79.
[4] Ridwan Asy-syirbaani. Membentuk Pribadi Lebih Islam. (Jakarta: Intimedia).
Hal:179.
[5] Ahmad Abid Al-Arif. Akidah Akhlak.(Semarang: CV. Aneka Ilmu. 2009).
[6] Prof.DR. Ahmad Tafsir. Pendidikan Budi Pekerti. (Bandung: Maestro. 2009). Hal: 188.
[7] Ridwan Asy-syirbaani. Membentuk Pribadi Lebih Islam. (Jakarta: Intimedia). Hal: 164.
[8] Ridwan Asy-syirbaani. Membentuk Pribadi Lebih Islam. (Jakarta: Intimedia). Hal. 175.
[9] Ridwan Asy-syirbaani. Membentuk Pribadi Lebih Islam. (Jakarta: Intimedia). Hal: 176.
[10] Ibid. Hal. 179.
[11] Ibid. Hal. 180
[12] Ridwan Asy-syirbaani. Membentuk Pribadi Lebih Islam. (Jakarta: Intimedia). Hal 182.
[13] Ibid. Hal. 183.
[14] Ibid. Hal 185.
[15] Ibid. Hal 186.
[16] Ridwan Asy-syirbaani. Membentuk Pribadi Lebih Islam. (Jakarta: Intimedia).. Hal 187.
[17] Ibid. Hal. 189.
[18] Ridwan Asy-syirbaani. Membentuk Pribadi Lebih Islam. (Jakarta: Intimedia). Hal.157.
[19] Prof. Dr. Ahmad Tafsir. Pendidikan Budi Pekerti. (Bandung: Maestro. 2009).  Hal. 198.
[20] Abu al-Abbas Syihabuddin Ahmad al-Qasthalani,yang selanjutnya disebut al-Qasthalanni,  Irsyad al-Sari li Syarh Shahih al-Bukhari, (Cet. I; Beirut, Dar al-Fikr, 1410 H/1990 M), h. 127.
[21] L.T Takhrudin: Pribadi-Pribadi Yang Berpengaruh
[22] A.Ubaedillah: Pendidikan Kewarganegaraan
[23] Prof.DR.H. Rachmat Syafe’i, M.A. AL-HADIS (Aqidah, Akhlak, Sosial dan Hukum). (Bandung: CV PUSTAKA SETIA. 2000).  Hal 182.
[24] Biografi Abu Hurairah dalam Al-Ishabah Ibn Hajar Asqalani No. 1179, Tahdzib al ‘asma: An Nawawi 2/270
[25] Ridwan Asy-syirbaani. Membentuk Pribadi Lebih Islam. (Jakarta: Intimedia). Hal. 82.
[26]Ridwan Asy-syirbaani. Membentuk Pribadi Lebih Islam. (Jakarta: Intimedia). Hal. 83.
[27]Ibid. Hal. 83.
[28]Ibid. Hal.  83.
[29]Ibid. hal.  84.